Love Letters Buat Kamu dan Kamu

Hai kamu. Dan kamu.

Don't be surprised kalo tiba-

tiba saya nulis surat seperti ini

buat kamu, dan kamu.


Well... yeah... so last-decade

memang kirim surat kayak

gini. Sebenernya writing letters

isn't really my thing dan

mungkin buatmu gak terlalu

penting. Jadi biarpun aku

bakal pusing tujuh keliling,

hingga kening keriting, i

promise you i,ll try my best

untuk membuat surat ini

tidak terdengar seperti kiasan

cheesy soal cinta di kartu

Valentine yang dicetak masal.


by Rakhmawati Fitri

Rabu, 12 September 2012

Kisah Sedih Nauval Afnan


Terimakasih buat saudara sekalian yang sudi untuk menengok postingan saya satu ini. Jangan salahkan saya jikalau nanti saudara mengalami muntah-muntah, gagal ginjal serangan jantung bahkan serangan panu setelah membaca ini, itu semua diluar tanggung jawab kami. Ada baiknya sebelum membaca ini saudara disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan paramedis yang mempunyai keahlian penyakit diatas. Sekian terimakasih. Be happy!!


***


Gue mau curhat nih sama kamu, soalnya gue gak punya teman untuk diajak curhat. Cuma kamu. Tahu sendiri kan gue anak tunggal dari keluarga kecil Samsuri. Dimana hanya ada ratusan pembantu, bodyguard, supir dan penasehat pribadiku saja yang bisa diajak ngomong. Paling-paling anjingku Pinkan dan kucingku Anastasha, itupun kalo gue ajak bermain selalu menggonggong dan mengeong saja. Bokap gak ada waktu untuk gue, dia selalu sibuk dengan proyek pertambangan minyak miliknya di Iran dan Saudi Arabia. Sedangkan Nyokap gue selalu sibuk dengan arisan dan bisnis kecilnya, andai saja bisnis hotel luxury miliknya yang ada di Singapore, Jakarta dan Bali itu diserahkan kepada Bokap pasti Nyokap gue banyak waktu buat gue.

Tau nggak, kan gue hidup dikeluarga yang menengah banget. Rumah gue aja tujuh lantai keatas, enam lantai bawah tanah pokoknya menengah banget. Walaupun begitu gue selalu dididik nyokap gue untuk jadi pribadi yang low profile. Karena saking besarnya rasa iba pada diri gue, gue selalau berbagi dengan fakir miskin.

Empat hari yang lalu waktu gue habis belanja di Paris dan habis 278 juta, tiba-tiba ada ibu-ibu membawa anaknya lewat depan rumah gue. Dan tau apa yang dilakukannya? Dia mengemis di depan rumah gue. Dibalik jendela di lantai tujuh gue langsung menangis melihat kesengsaraan yang diderita oleh ibu itu. Karena gue tuh dididik harus menjadi sosok yang elegan, berwibawa, sopan dan berderma maka dari itu belanjaan gue yang 278 juta itu gue kasihkan semua kepada pengemis di depan rumah gue.

“Ya ampun Ibu, Ibu kasihan sekali. Aku nggak bisa membantu apapun hanya ini yang bisa kuberikan. Ini bawa saja semua belanjaan saya. Semoga bermanfaat ya Ibu.”

“Masyaallah banyak sekali Den, Simbok nggak bisa menerima semua ini Den.”

“Udah ambil saja Buk. Ngomong-ngomong Ibu pernah ke Paris belum? Soalnya itu semua beli di Paris.”

“Walah Den ya belum to. Simbok Umroh aja belum.”

“Ya ampun Buk beneran?? Huwwwaaaaa......” Tangisku langsung meledak seketika, kasihan sekali dia belum pernah Umroh,  ke Paris juga gak pernah.  Ya Allah ternyata masih ada orang yang kurang beruntung dimana Kau tidak mengijinkan mereka untuk Libuaran ke Paris. Semua pembantu gue aja lebih dari 50 kali ke Paris.

“Ya ampun  Ibu, Ibu kasihan sekali.” Sambil gue pegang erat tangan pengemis itu serta mensupport dia agar tabah menghadapi cobaan ini.

“Ibu, Ibu jangan nangis dong, aku kan juga ikut nangis.” Sambil mengusap air matanya yang membasahi pipinya. Sambil menahan getaran suara tangisku yang mau meledak.

 “Baiklah Ibu saya janji semua keluarga Ibu besok ke Paris ya. Tenang saja Ibu semuanya saya yang membiayai.”

“Alhamdulilah beneran Den? Mbok sangat senang sekali.” Pengemis itu langsung ceria saat gue menjanjikan liburan ke Paris gratis.

“Ibu udah makan belum?”

“Belum den Simbok belum sarapan hari ini, anak Embok juga belum sarapan.”

“Ya ampun Buk, sekarang sudah jam sebelas malah hampir waktunya jam makan siang, tapi Ibu belum sarapan? Nanti kalau Ibu dan anak Ibu mati karena belum sarapan terus gimana.... huwaaahhaaahhaa.....” Tangisan gue pecah kembali karena mendengar pengemis itu belum sarapan.

Akhirnya gue kedapur untuk memberi makanan yang layak untuk dimakan pengemis itu. Tapi sisa sarapan gue tadi pagi sudah tidak layak makan karena sudah terkontaminasi oleh polusi udara selama 3 jam. Kata dokter ahli gizi pribadi gue itu sebenarnya masih bisa dimakan tapi sudah terkontaminasi polusi udara. Padahal sisa sarapanku yang masih utuh ini harus dimusnahkan tapi Ibu itu belum sarapan, kalau dia menunggu jam makan siangku jam 12 tepat entar dia keburu mati. Ya Allah semoga kau memberikan kesehatan bagi pengemis yang menderita itu ya Allah.

“Ibu ini ada sisa sarpanku yang masih utuh tadi pagi, untung saja belum masuk oven pemusnahan makanan. Adanya Cuma Sushi dengan nori lapis emas, dan caviar. Semoga ibu suka, dimakan ya ibu.”

“Terimakasih Den, Simbok mau pulang dulu.” Lalu memalingkan tubuhnya serta membawa puluhan tas belanjaan dan makanan yang kuberikan padanya.

“Sebentar Buk, Ibu sini dulu saya panggilkan supir pribadi saya buat nganterin ibu sampai rumah ya!” Cegahku dengan halus.

“Gak usah Den beneran gak usah. Simbok jalan kaki saja. Nanti mobil Den Bagus (dia memanggil gue Den Bagus) malah kotor soalnya Simbok naiki.” Tolaknya juga secara halus.

“Tenang saja Buk mobil saya kan ada 37 unit. Nanti Ibu bisa pilih mau dianterin mobil yang mana.”

“Nanti ayahnya Den Bagus marah-marah soalnya enggak ijin dulu sama beliau.”

“Enggak mbok Itu mobil saya pribadi. Punya Ayah, ibu serta pembantu-pembantu saya mereka sudah punya mobil sendiri sendiri. Gak tau jumlahnya ada berapa.”

“Ya sudah Den kalo begitu terimakasih ya atas tumpangannya.”

Begitulah ceritanya. Rasa iba gue yang sangat dalam telah menghapus status sosial gue dimana gue dilahirkan di keluarga yang sangat menengah banget. Gue merasa kasihan banget sampai menangis tersedu bila ada orang yang belum pernah liburan ke Paris. padahal jadwal weekend gue tiap minggunya wajib hangout bareng temen-temen gue ke Paris.


***


Kesedihan gue selanjutnya. Loe tau, jatah uang jajan gue selama sehari tuh 8 juta dan itu besar banget buat gue. Sedihnya lagi kalau 8 juta enggak habis dalam sehari gue akan di gebuk’in, dipukul’in dan di cambuk sama bokap dan nyokap gue. Sebagai hukumannya, besoknya gue dikasih uang jajan 15 juta dalam satu hari dan harus habis hari itu juga. Sedih banget bukan?.

Okay mungkin kalo loe bisa senang dikasih 15 juta per hari, tapi kalo gue, gue merasa tersiksa soalnya mau beli apa saja sudah ada di rumah. Tau kan , menu makanan gue aja tiap hari gonta-ganti. Senin masakan Jepang, Selasa masakan Itali, Rabu masakan India, Kamis, masakan Cina, Jumat masakan Indonesia, Sabtu dan Minggu spesial menu semua ada tinggal pilih. Kalau begini terus mau menghabiskan uang 15 juta sehari dengan capa apa?.

Semuanya sudah ada, semuanya sudah ada. Mau beli pakaian ada, mau beli sepatu atau tas sudah ada. Mau beli camilan juga ada. Camilan gue aja caviar, yah paling enggak sarang burung walet. Karena gue dididik menjadi pria yang biasa alias low profile jadi mau beli baju, sepatu atau tas udah enggak ada hasrat lagi. Jadi kalo gue dapet hukuman suruh menghabiskan uang jajan 15 juta dalam sehari jujur gue nggak bisa dan gue merasa tersiksa banget dengan hukuman itu.

Untung saja gue belum pernah kena hukum. Jadi uang jajanku yang 8 juta selama sehari itu selalu habis dengan cara apapun. Karena gue takut digebuk’in, dipukul’in dan di cambuk sama bokap dan nyokap gue kalau gue sampai enggak berhasil menghabiskan uang jajanku 8 juta selama sehari itu.

Karena 8 juta itu sangat banyak dan harus habis, gue merasa kewalahan untuk menghabiskannya. jadi cara gue untuk menghabiskannya gini, gue beli nasi pecel atau nasi kucing dengan harga 4 ribu saja tapi gue membayarnya terserah gue. Mau gue kasih 2 juta kek, 5 juta kek terserah gue. Mengapa gue membeli makanan yang gak ada harganya itu seperti bakso, mie ayam, lalapan, soto, pecel dll soalnya makanan tersebut gak ada di daftar menu makanan di rumah gue. Gue kangen banget makanan itu, dan berapapun harganya akan gue beli. Bahkan harganya 8 juta sekalipun. Kalau misalnya toh gue gak nafsu makan, mending uang jajan gue, gue kasihkan semua kepada pengemis dan fakir miskin.


***


Kesedihan gue juga menimpa paras gue yang rupawan, dimana gue sebagai cowok blasteran Jawa dan Uzbekistan. Sebelumnya gue biasa aja tidak begitu menyesali paras gue yang tampan rupawan. Tapi semenjak gue iseng-iseng ikut audisi cover boy majalah Men’s Health Amerika dan dinobatkan sebagai pria terseksi dekade 2011-2020 diseluruh dunia, maka gue mulai membenci kehidupan gue. Soalnya gue dituntut untuk menjaga penampilan terbaik gue. Gue selalu dituntut dalam penampilan gue padahal gue tuh terdidik menjadi anak yang low profile, tapi karier berkata lain dan kontrak tersebut sudah gue tanda tangani selama satu dekade.

Yah mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Memang nasib mencadi cowok tampan, body sexy, dinobatkan sebagai pria terseksi dekade 2011-2020 di seluruh dunia, yang harus menjaga penampilan dan dikenal diseluruh dunia. Soalnya itu semua menghalangi hobi gue yang menyatu dengan alam misalnya berkebun, bercocok tanam, menbajak sawah dll. Apalagi paparazzi yang menjengkelkan itu selalu mengambil foto gue dan membikin gosip yang enggak-enggak.

Gara-gara ketampanan dan keseksian gue, gue pernah hampir bunuh diri dibuatnya. Soalnya dunia model yang gue geluti gak cocok dengan kepribadian gue yang sangat sederhana dan low profile. Padahal niatnya gue, gue ikutan dunia model seperti ini hanya untuk menambah komunitas, mnambah teman serta mencari pengalaman saja. Secara gue kuper banget gak punya temen gak ada yang bisa diajak ngobrol. Tapi dengan paras tampan dan body seksi yang gue miliki membuat gue gila dan hampir bunuh diri. Gue tau gue tampan, gue tau gue seksi tapi jangan menekan kehidupan pribadi gue gini dong.

Terus kalo gue mati bunuh diri gara-gara ketampanan dan keseksian yang gue miliki, nanti siapa yang menggantikan posisi gue sebagai pria terseksi diseluruh dunia dekade 2011-2020. Brad Pitt? Cuiihh.... siapa dia?! Bisa-bisa majalah Men’s Health Amerika yang terkenal seantero jagad itu akan anjlok pamornya gara-gara dia.

Kalo gini terus gue ingin mengundurkan diri dari dunia model yang sudah membesarkan namaku selama ini. Terserah kalau gue dituntut karena melanggar kontrak, mau minta berapa ratus milyar akan gue bayar yang penting gak ada yang menggangu kehidupan gue lagi. Lagian gue masih punya banyak urusan diluar karier gue sebagai model. Gue masih punya 267 yayasan panti asuhan ‘Kasih Ibu’, 173 Sekolah Dasar, 125 SMP, 84 SMA, 6 Universitas dan lebih dari 500 masjid yang gue bangun dari tabungan gue sendiri. Pendidikan gue juga lebih penting daripada menjadi model, alhamdulilah di umur gue yang masih sangat muda 16 tahun tapi gue sudah mengambil gelar Doktor di Harvard University.


***


Dan satu lagi kisah sedih gue yang sangat miris dimana gue pernah diculik. Tau sendiri kan di umur gue yang masih sangat muda 16 tahun, memiliki wajah tampan rupawan, imut, sexy dan sudah mengambil gelar Doktor di Harvard University, jadi gue rentan banget diculik. Waktu itu gue lagi jalan sendirian di kebun belakang rumah tepatnya di kebun binatang pribadi milik keluarga kami. Waktu itu gue ingin sendirian saja enggak ditemani bodyguard, kebetulan juga bodyguard setia gue nemenin nyokap ke Masjidil Haram buat Sholat Dzuhur.

Waktu gue lagi asik memberi makan badak jawa yang sudah sangat langka yang menjadi koleksi kebun binatang pribadi kami, tiba-tiba gue disekap sama sekumpulan penculik. Penculik tersebut menutup mata dan mulut gue lalu dinaikkan kedalam jeep secara kasar. Yang bisa gue lakukan hanya nangis dan berusaha minta tolong, tapi apadaya suara gue tersamarkan oleh sumbatan helaian kain yang menutupi mulut gue.

Disitulah gue merasa teraniaya bak gadis yang sudah kehilangan kehormatan. Di dalam jeep dengan keadaan gue yang seperti itu gue merasa hancur, tercabik-cabik, hina, pecundang, jalang, hilang kehormatan karena gue belum pernah diperlakukan seperti ini seumur hidup. Karena basic-nya gue tuh sopan santun, elegan, berwibawa, rendah hati, lembut dan low profile jadi kalo gue kalo gue diperlakukan seperti ini gue merasa kehilangan kehormatan.

Kedua penculik tersebut menodongkan pisau di leher gue dan mengintrogasi gue secara kasar.

“Hey anak muda! Namamu siapa?? Jawab!”

“Apa nama? Hahahaha loe sama loe gak tau gue! Secara gue model majalah Men’s Health Amerika gitu. Loe tanya aja deh sama fakir miskin yang disana, dia tau kok nama gue. Sekarang gue lagi males aja menjawab pertanyaan dari kalian gak berbobot sih.” Jawab gue enteng.

“Kurang ajar nih bocah! Gimana kalau kita golok aja boss!” Ajaknya menakukti gue.

“Jangan!! Jangan!! Om.... nanti kalo gue mati entar siapa yang mau bantuin untuk menghabiskan uang bokap gue. Kasian Bokap gue gak bisa menghabiskan uangnya sendirian... huwwaaaaaa... huwwaaaa.... Ayaaahh..... Ayaaahhh....” Tangisku meronta agar tidak dibunuh.

“Bokap loe kaya??” Tanyanya penasaran.

“Gue cuma berada di keluarga yang menengah om. Rumah saya saja tujuh lantai keatas, enam lantai bawah tanah. Menengah banget kan om!” jawab gue merendah. Memang dari dulu gue tuh enggak mau dibilang hidup dikeluarga yang kaya. Gue lebih suka bilang di keluarga menengah mungkin karena gue sedari kecil sudah dididik menjadi low profile.

“Makanan empuk nih boss! Ayo ini pencet nomor telpon ortumu biar kita bisa minta tebusan.” Mereka menyuruh gue untuk menelpon ortu gue dengan menyodorkan henfonnya.

“Baik om! (Tuut... tuut... tuut...) Hay guys!! Pa kabar.... Iya! Eh tau gak gue sekarang ada dimana! Apa? Bukan bukan di Paris! tahu sendiri kan gue tuh imut banget jadinya gue tuh rentan banget diculik, jadi sekarang gue lagi diculik.... hebat kan! Iya makasih!. Eh by the way kayaknya entar malem gue gak bisa ikut kalian hangout bareng ke Jerman soalnya gue belum potong kuku. Gue mau sih ke Jerman tapi bentar lagi anterin gue yah ke Singapore dulu enggak lama kok cuma potong kuku aja. Oke oke siap bos. Yaudah makasih ya dadaaah....”

“Kurang ajar nih bocah tengil. Disuruh nelpon orang tuanya malah nelpon temen-temennya.”

“Salah loe sendiri sih, menculik gue dalam keadaan posisi gue punya janji hangout bareng temen-temen gue. Kalo mau nyulik gue tuh hari Senen aja soalnya gue free. CAMKAN ITU!”

“Nyolot nih anak! Berapa nomor bokap loe.”

“081913966554.”

“Halo ini anak lo ada di tangan gue kalo lo mau anak lo kembali dengan selamat serahkan uang 8 juta.” Kali ini dia yang mengobrol sendiri dengan bokap gue.

“Whats??? Baby baby baby... what on earth are you thinking about! Om 8 juta itu hanya uang saku gue dalam satu hari. Gila apa seorang Nauval Afnan anak tunggal dari keluarga Samsuri ditebus dengan 8 juta saja. Paling yang memberikan uang tebusannya pembantu dari pembantunya pembantu gue. Sekarang gini om kalau loe ingin bertemu secara langsung dengan bokap gue, loe harus minta 500 M dan 1 unit kapal pesiar. Baru yang mengasihkan bokap gue langsung.”  Saran gue ke penculik murahan tersebut.

“Oh oke oke. Maaf bapak kalau anak bapak mau selamat serahkan uang 500 Milyar dan 1 unit kapal pesiar. Kalau anak bapak ingin selamat jangan bilang-bilang polisi.”

Dan yang paling menyedihkan waktu gue dengar percakapan diantara bokap gue sama penculik itu ternyata bokap gue bilang “Dengar Bapak daripada 500 Milyar saya kasihkan buat anda mending saya kasihkan buat fakir miskin. CAMKAN ITU!” sumpah gue tersinggung. Lalu gue dibuang di tempat yang asing banget.

Dan kata terakhir yang gue teriakkan kepada penculik itu saat membuang gue di desa asing “Hey loe bakalan rugi selamanya melepaskan gue. Ayo sekap gue lagi... huwwaaaa huwwaaaaa..... berhenti... huwwaa... huwwwaaa....” Gue nangis dalam keadaan tangan diikat kebelakang lalu mengejar jeep yang membuang gue dan berharap mereka akan datang kembali dan mempertimbangakan lagi agar mereka mau menculik gue lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar