Dear pembaca yang kece, selamat
datang di Kotak Surat Afnan.
Kali ini gue mau mengupas tuntas
status domisili gue yang asli. Dimana banyak orang sering keliru atau mungkin
ketipu, whatever. Sebelumnya gue mau
cerita tentang kekeliruan yang sering terjadi pada seseorang disekeliling gue,
tentang status domisili gue tentunya.
Berawal dari temen gue yang bilang “Enak mana
waktu SMA atau Kuliah.” Hampir semua temen-temen jawab enak SMA, but I prefer college than high school. I
prefer the life I lead now. Dan gue tuh orangnya prefer to look forward rather than back life. Looking back not to be sad but
serve as experience for a better life journey ahead.
Tunggu kisahnya “Metamorfosis Nauval Afnan” hanya di Kotak Surat Afnan.
Sebenernya gue sudah punya niatan
untuk merubah tampilan fisik gue waktu beranjak dari SMA ke Perguruan tinggi.
Mulai dari cara bicara, diet total, berpakaian, berpenampilan, hoby, komunitas,
kebiasaan dan masih banyak lagi. Dan menurut gue lumayan berhasil. Asal lo tau
aja, waktu gue SMA gue tuh culun abis, gendut banget, jelek. Oh no. Sampai
temen gue bilang “Yang paling berubah drastis Noval.” Kata Yogi, waktu buber
SMA kemaren.
Dari style gue waktu masih SMA yang culun, jelek, cupu abis dan hampir
gak pernah ada yang memuji gue, I
actually had the intention to change myself in college soalnya gue bosen
banget jadi geeky boy. Dan akhirnya
kini banyak sekali yang terkecoh kalau gue ternyata anak desa. Begini
ceritanya.
Yang pertama ada temen gue
namanya kak Adit, yang mengira gue anak Malang atau Sidoarjo, Surabaya dan
sekitarnya. Waktu itu kita bertemu di bus antarkota Surabaya-Jember-Banyuwangi,
sama-sama mau pulang ke Banyuwangi. Pas ketemuan di bus, bisa-bisanya kak Adit shock setengah mati lalu meledak tertawa
terbahak-bahak saat dia baru sadar kalau ternyata gue berdomisili di
Banyuwangi.
“Loh Val kamu mau kemana??” kata
kak Adit terkejut banget.
“Loh kak Adit pulang juga? Ini
aku mau pulang ke Banyuwangi.” Lalu gue duduk disebelahnya.
“Hah! Pulang ke Banyuwangi??
Hahahahaha….” Seketika kak Adit tertawa terbahak-bahak.
Oww oww! Gue gak ngerti deh apa
maksud dari ketawanya itu yang sepertinya bernada mengejek gitu. “Hey kok
ketawanya lama banget, kapan berhentinya?” Batin gue dalam keadaan mati gaya.
Akhirnya gue ikut ketawa bingung “Hehehehehe….” Sambil ngelirik kearahnya
bingung harus ngapain.
“Yaampun Val aku kira kamu anak
daerah Malang atau Sidoarjo, Surabaya dan sekitarnya gitu, ternyata Banyuwangi
juga.”
“Enggak kak aku Banyuwangi asli.”
“Banyuwangi mana??”
“Tegaldlimo, Kalipahit.”
“Huahahahahaha….” Kak Adit mulai
meledak lagi, saking gak tahannya dia sambil menepuk-nepuk tas yang
dipangkuannya.
Tuh kan ketawa lagi. Ada apa sih,
gue jelek ya sampe diketawa’in gitu. Apa mungkin kak Adit tertawa karena
penampilan gue yang tidak mewakili khas anak Kalipahit kali ya. Mungkin
aja. Awalnya agak gue cuwek’in gitu biar
udahan ketawanya, tapi tetep aja dia gak berhenti ketawa sampai-sampai air
matanya keluar sangat berlebihan.
“Ada apa sih kak?”
“Gak nyangka aja.”
“Maksudnya?” Sambil nyengir bingung
kearahnya.
“Oh enggak. Gak papa. Eh kamu tuh
Jurusan apa sih.” Berusaha mengalihkan perhatian.
Ayey… ternyata bener dugaan gue, sepertinya
dia gak percaya kalo gue anak Kalipahit. Mungkin pikir dia “Gila nih anak.
Rumahnya Kalipahit tapi dia sama sekali tidak membawa unsur ‘Kalipahit’, malah
auranya elegan, berwibawa dan kharismatik. Kira’in anak daerah barat gitu. Dan
sekarang gue percaya bahwa anak Kalipahit tidak selamanya kampungan.” Hehehe…
gue langsung nyengir kuda membayangkan
dia ngomong gitu. Okay kalau begitu gue harus menjaga gelar gue sebagai cowok
elegan, berwibawa dan kharismatik.
“Eh emh… aku Sastra Indonesia.”
“Oh Sastra Indonesia kira’in anak
Sastra Inggris atau anak PSTF gitu.”
Nah yang ini gue gak suka. Emang
sih dalam urusan fashion anak Sastra Indonesia dan Sastra Sejarah kalah
dibandingkan anak Sastra Inggris atau anak PSTF. But do not think gitu dong If students Literature Indonesian tuh sok nyastra.
Buktinya gue, gue tetep humanis tapi enggak sok nyastra, gue fashionable. Mari saudara-saudaraku kita
angkat nama Fakultas Sastra dengan prestasi dan pamor yang sensasional hanya
modal tampang kita yang rupawan, agar Fakultas Sastra dikenal dengan
mahasiswanya yang super kece.
“Eh Noval! Kita karaokean
rame-rame lagi yuk. By the way sekarang
Inul Vista buka di Jember loh.”
“Ya ayok. Aku sih mau-mau aja.
lagian udah lama kita enggak kumpul-kumpul bareng lagi.”
“Iya deh entar aku kabari lagi
kalo beneran jadi ya.”
Gue hanya membalas senyum penuh
dengan kharismatik, lalu terbesit ingatan
gue kalo dulu waktu karaokean rame-rame di Happy Puppy bareng anak PSM Sastra.
Wah ternyata anaknya asik banget gue gak perlu jadi patung karena mati gaya.
Ternyata selera musiknya sama dengan aliran gue yaitu lagu-lagu manca gitu.
Walaupun ada yang suka lagu Korea dimana gue gak begitu interested sama lagunya, tapi semua terbayarkan waktu kita
rame-rame shuffl’in di ruangan medium
4X5m diiringi lagu ‘move like jagger’ miliknya maroon 5 featuring christina
aguilera. Pokoknya asik dah.
Cerita sedikit, dulu waktu
habisnya karaoke temen gue Nabilla bilang ke gue kalau dia tuh enggak nyangka
kalau seorang Nauval Afnan yang tampan rupawan, elegan, kharismatik dan
berwibawa ternyata memiliki selera musik yang tinggi. Begitu pula dengan kak
Adit yang pernah bilang ke Nabilla ternyata dia juga shock waktu gue ikut larut menggila dengan mereka.
Emang lo pikir seorang Nauval
Afnan kelihatan seperti anak alay yang sering mejeng di acara musik Dahsyat itu,
yang hafal diluar kepala lagunya ST12, Armada, Kangen, T2, gitu ya! Snap snap snap…. Baby baby baby…. What on
earth are you thingking about!!! Itu bener banget. You know itu cita-cita gue loh jadi penonton bayaran dengan gaya
ngondek menari seragam serta mengibaskan rambut sesekali tangan di pinggang ala
Miss Universe tidak lupa pasang
senyum ‘Saipul Jamil’ ketika kamera menyorot mukaku yang begitu tampan dan
sedikit cantik berkat bulu mata palsu. Hey
man! You pissin me off yo!
Cerita selanjutnya dari kakak
kelas gue namanya Novia. Cewek satu ini
lumayan deket sama gue. Gue sering banget ditanggap sama dia, yang nanya’in ini
lah, itu lah, udah kerja’in tugas lah, nanti latihan PSM apa enggak, aduh
pokoknya kepo banget. Tapi lumayan lah diperhati’in hehe. Nah si cewek yang
gayanya Korea abis ini, pernah nanya ke gue asal muasal domisili gue. Ya gue
jujur aja “Aku dari Kalipahit, Tegaldlimo, Banyuwangi.” Sangat pede sekali
ngomong kayak gitu.
“Oh ya!? Yaampun Noval kirain
kamu tuh dari Jakarta, Depok, atau daerah Jawa Barat gitu! Ternyata kamu dari
Banyuwangi Tegaldlimo?”
“Enggak aku asli Banyuwangi.
Rumahku di Kalipahit Tegaldlimo.”
“Oh Tegaldlimo ya! Gak nyangka
aja. eh by the way dulu mantanku juga dari Tegaldlimo, Banyuwangi.”
“Oh ya? Siapa?”
“Ada. Kakak kelas. Sastra
Indonesia juga kok.”
Gue hanya jawab “Oh...” pura-pura
tau padahal gak mau tau.
“Apa! anak Jakarta!” gue baru
nyadar.
Tapi gue sempat bete waktu disangka anak
Jakarta atau Jawa Barat gitu, bukannya ke-pede-an tapi gue gak suka aja. Dia
sebenernya ngomong kayak gitu beneran atau ngejek sih? Tapi kayaknya sih
beneran dilihat dari tatapan matanya seperti Shinchan waktu memohon ke mamanya
minta dibelikan chocobi dimana matanya penuh dengan butiran-butiran berlian
yang memancarkan cahaya sehingga menyilaukan siapapun yang melihatnya.
Yah sudah lah memang dunia ini
kejam. Padahal gue udah berusaha semaksimal mungkin untuk tampil low profile biasa saja. Cuek. Tapi dari
situlah orang melihatku malah terkesan elegan. Mau bagaimana lagi. Udah nasib.
Cerita ketiga datang juga dari
kakak kelas gue, gak tau namanya pokoknya dia cowok. Ceritanya gue sering
banget nongkrong di kantin sastra gitu kan sama sahabat gue. Kebetulan sahabat
gue mahasiswa dari Thailand yang kuliah di Unej ambil Sastra Indonesia sama
kayak gue. Sahabat gue yang namanya
Arkom dan Abdul ini sangatlah eksis seantero kampus Sastra, secara dia
mahasiswa dari Thailand gitu. Hey tunggu dulu anak muda, gue sahabatan sama dia
bukan semata untuk numpang eksis ya! Tapi emang gue udah klop sama mereka,
kuliahnya sekelas, gue juga sering maen bareng sama mereka. Otomatis gue jadi
sahabat baik buat mereka sampai mau kekantin pun bareng. Tapi untung kalo ke
toilet gak bareng-bareng. Emang anak SD apa kalo mau ke toilet bareng-bareng.
Waktu itu pulang kuliah ngopi
dulu di kantin bareng sahabat gue. Karena si Abdul dan Arkom selalu ditanggap
dengan kakak angkatan atau para dosen otomatis gue nungguin dong sampai bosan
dengerin mereka tanya-tanya ngalor ngidul
gak penting. Akhirnya gue ditanggap dan diajak kenalan.
“Namanya siapa”
“Nauval”
“Kapan balik ke Thailand?”
“Apa??”
“Kamu kapan pulang ke Thailand?”
“Aku?? Aku asli Indonesia Kak.”
“Oh Indonesia mana?”
“Banyuwangi.”
“Owalah lare Biayuwangai ta
hiro!”
Bayangin deh dari ekspresi gue
dengan lagak yang begitu cuek biar kelihatan coolness langsung berubah 180°. Tiba-tiba nyengir kuda, sambil
menunjukkan gusi dan gigiku yang berantakan tidak lupa ringikan khas kuda
disambung dengan hembusan nafas yang kukeluarkan dari hidung jambu airku yang mengembang sempurna secara
bertubi-tubi. Begitulah caraku untuk mengekspresikan ke-ge’er-an yang tidak
bisa terbendung lagi. Sama seperti Saraswati bila seseorang butuh bantuan dan
menelpon 008 maka Saraswati akan berubah menjadi manusia kucing dengan gaya
tangan mencengkram ke depan di depan mukanya seperti membuka tirai dan juga
gaya berubah yang menjadi andalannya yaitu split kaki. Saras 008 pahlawan
kebajikan hiyat hiyat ciyat ciyat....
***
Ceritanya bukan cuma selesai
sampai sini saja. Tapi masih banyak lagi cerita serupa yang gak mungkin gue
ceritakan semua satu persatu. Mungkin dengan perubahan yang bisa mengecoh
banyak orang disekitar gue, desa Kalipahit kecamatan Tegaldlimo yang terkesan
kampungan dan jauh dari peradaban akan membongkar semua paradigma yang sudah
melekat di benak kebanyakan orang. Dan semoga perubahan dalam diriku yang tetap
memegang teguh embel-embel Kalipahit bisa meningkatkan pamor Kalipahit bahwa
Kalipahit masyarakatnya nggak norak seperti yang dibayangkan kebanyakan orang
selama ini.
Jujur gue tuh nggak ada niatan
sama sekali untuk menyombongkan diri atau pamer walaupun tulisan ini
kelihatannya begitu. Tapi gue hanya semata-mata untuk mengangkat derajat,
martabat serta pamor desa Kalipahit tercinta. Kalau memang gue sambong ,
ngapain juga desa Kalipahit yang jelas-jelas desa itu gue jadikan objek sebagai
tempat tinggal gue.
Perlu ditegaskan bawasannya saya
yang bernama:
Nama : Nauval
Afnan
Tempat / Tgl Lahir: Situbondo, 12 Juni 1993
Jenis
Kelamin : LAKI-LAKI Gol. Darah: -
Alamat : GEMPOLDAMPIT
RT/RW : 048 / 005
Desa / Kel : KEDUNGWUNGU
Kecamatan : TEGALDLIMO
Agama : ISLAM Status Kawin: BELUM KAWIN
Pekerjaan : PELAJAR/MAHASISWA
Berlaku Hingga : 12-06-2016
Kewarganegaraan : WNI
Data di atas
benar-benar tercantum pada KTP saya yang resmi dan sah. Lengkap dengan tanda tangan Kadis Kependudukan dan Catatan
Sipil, KABUPATEN BANYUWANGI. Bapak Drs. Setio Harsono, MM.
CAMKAN
ITU!!!!
Terimakasih buat kakak saya Riza
Hakim S.S. yang sekarang sering dipanggil Ses Lesmono. Karena atas kegigihannya
untuk mengangkat derajat, martabat serta pamor desa Kalipahit, sehingga saya
terinspirasi untuk melanjutkan visi dan misinya. Saya masih ingat guru, pesanmu
kepadaku saat kau selesai di wisuda dan mau berangkat ke Singapore untuk
liburan merayakan kelulusanmu, kata terakhir yang kau ucapkan adalah “Kuliah
waktunya untuk fashion show.” Kalimat
tersebut langsung terpatri dalam benakku, karena kalimat tersebut begitu indah
menggetarkan hati jiwa dan raga, menceraahkan pikiran dan menyulut aura yang
sempat redup, hingga aku menitihkan air mata.
Baik guru keberhasilan ini kupersembahkan
untukmu dan desa kita Kalipahit tercinta. Salam Bakti!. Dibacanya seperti Mario
Teguh saat bilang ‘Salam Super’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar