Terimakasih buat saudara sekalian
yang sudi untuk menengok postingan saya satu ini. Jangan salahkan saya jikalau
nanti saudara mengalami muntah-muntah, gagal ginjal serangan jantung bahkan
serangan panu setelah membaca ini, itu semua diluar tanggung jawab kami. Ada baiknya
sebelum membaca ini saudara disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu
dengan paramedis yang mempunyai keahlian penyakit diatas. Sekian terimakasih. Be
happy!!
***
Gue mau curhat nih sama kamu,
soalnya gue gak punya teman untuk diajak curhat. Cuma kamu. Tahu sendiri kan
gue anak tunggal dari keluarga kecil Samsuri. Dimana hanya ada ratusan
pembantu, bodyguard, supir dan penasehat pribadiku saja yang bisa diajak
ngomong. Paling-paling anjingku Pinkan dan kucingku Anastasha, itupun kalo gue
ajak bermain selalu menggonggong dan mengeong saja. Bokap gak ada waktu untuk
gue, dia selalu sibuk dengan proyek pertambangan minyak miliknya di Iran dan
Saudi Arabia. Sedangkan Nyokap gue selalu sibuk dengan arisan dan bisnis
kecilnya, andai saja bisnis hotel luxury miliknya yang ada di Singapore,
Jakarta dan Bali itu diserahkan kepada Bokap pasti Nyokap gue banyak waktu buat
gue.
Tau nggak, kan gue hidup dikeluarga
yang menengah banget. Rumah gue aja tujuh lantai keatas, enam lantai bawah
tanah pokoknya menengah banget. Walaupun begitu gue selalu dididik nyokap gue
untuk jadi pribadi yang low profile.
Karena saking besarnya rasa iba pada diri gue, gue selalau berbagi dengan fakir
miskin.
Empat hari yang lalu waktu gue
habis belanja di Paris dan habis 278 juta, tiba-tiba ada ibu-ibu membawa
anaknya lewat depan rumah gue. Dan tau apa yang dilakukannya? Dia mengemis di
depan rumah gue. Dibalik jendela di lantai tujuh gue langsung menangis melihat
kesengsaraan yang diderita oleh ibu itu. Karena gue tuh dididik harus menjadi
sosok yang elegan, berwibawa, sopan dan berderma maka dari itu belanjaan gue
yang 278 juta itu gue kasihkan semua kepada pengemis di depan rumah gue.
“Ya ampun Ibu, Ibu kasihan
sekali. Aku nggak bisa membantu apapun hanya ini yang bisa kuberikan. Ini bawa
saja semua belanjaan saya. Semoga bermanfaat ya Ibu.”
“Masyaallah banyak sekali Den, Simbok
nggak bisa menerima semua ini Den.”
“Udah ambil saja Buk.
Ngomong-ngomong Ibu pernah ke Paris belum? Soalnya itu semua beli di Paris.”
“Walah Den ya belum to. Simbok Umroh
aja belum.”
“Ya ampun Buk beneran??
Huwwwaaaaa......” Tangisku langsung meledak seketika, kasihan sekali dia belum
pernah Umroh, ke Paris juga gak
pernah. Ya Allah ternyata masih ada
orang yang kurang beruntung dimana Kau tidak mengijinkan mereka untuk Libuaran
ke Paris. Semua pembantu gue aja lebih dari 50 kali ke Paris.
“Ya ampun Ibu, Ibu kasihan sekali.” Sambil gue pegang
erat tangan pengemis itu serta mensupport dia agar tabah menghadapi cobaan ini.
“Ibu, Ibu jangan nangis dong, aku
kan juga ikut nangis.” Sambil mengusap air matanya yang membasahi pipinya. Sambil
menahan getaran suara tangisku yang mau meledak.
“Baiklah Ibu saya janji semua keluarga Ibu
besok ke Paris ya. Tenang saja Ibu semuanya saya yang membiayai.”
“Alhamdulilah beneran Den? Mbok
sangat senang sekali.” Pengemis itu langsung ceria saat gue menjanjikan liburan
ke Paris gratis.
“Ibu udah makan belum?”
“Belum den Simbok belum sarapan
hari ini, anak Embok juga belum sarapan.”
“Ya ampun Buk, sekarang sudah jam
sebelas malah hampir waktunya jam makan siang, tapi Ibu belum sarapan? Nanti kalau
Ibu dan anak Ibu mati karena belum sarapan terus gimana.... huwaaahhaaahhaa.....”
Tangisan gue pecah kembali karena mendengar pengemis itu belum sarapan.
Akhirnya gue kedapur untuk
memberi makanan yang layak untuk dimakan pengemis itu. Tapi sisa sarapan gue
tadi pagi sudah tidak layak makan karena sudah terkontaminasi oleh polusi udara
selama 3 jam. Kata dokter ahli gizi pribadi gue itu sebenarnya masih bisa
dimakan tapi sudah terkontaminasi polusi udara. Padahal sisa sarapanku yang
masih utuh ini harus dimusnahkan tapi Ibu itu belum sarapan, kalau dia menunggu
jam makan siangku jam 12 tepat entar dia keburu mati. Ya Allah semoga kau
memberikan kesehatan bagi pengemis yang menderita itu ya Allah.
“Ibu ini ada sisa sarpanku yang
masih utuh tadi pagi, untung saja belum masuk oven pemusnahan makanan. Adanya
Cuma Sushi dengan nori lapis emas, dan caviar. Semoga ibu suka, dimakan ya
ibu.”
“Terimakasih Den, Simbok mau
pulang dulu.” Lalu memalingkan tubuhnya serta membawa puluhan tas belanjaan dan
makanan yang kuberikan padanya.
“Sebentar Buk, Ibu sini dulu saya
panggilkan supir pribadi saya buat nganterin ibu sampai rumah ya!” Cegahku
dengan halus.
“Gak usah Den beneran gak usah.
Simbok jalan kaki saja. Nanti mobil Den Bagus (dia memanggil gue Den Bagus)
malah kotor soalnya Simbok naiki.” Tolaknya juga secara halus.
“Tenang saja Buk mobil saya kan
ada 37 unit. Nanti Ibu bisa pilih mau dianterin mobil yang mana.”
“Nanti ayahnya Den Bagus
marah-marah soalnya enggak ijin dulu sama beliau.”
“Enggak mbok Itu mobil saya
pribadi. Punya Ayah, ibu serta pembantu-pembantu saya mereka sudah punya mobil
sendiri sendiri. Gak tau jumlahnya ada berapa.”
“Ya sudah Den kalo begitu
terimakasih ya atas tumpangannya.”
Begitulah ceritanya. Rasa iba gue
yang sangat dalam telah menghapus status sosial gue dimana gue dilahirkan di
keluarga yang sangat menengah banget. Gue merasa kasihan banget sampai menangis
tersedu bila ada orang yang belum pernah liburan ke Paris. padahal jadwal weekend gue tiap minggunya wajib hangout bareng temen-temen gue ke Paris.
***
Kesedihan gue selanjutnya. Loe
tau, jatah uang jajan gue selama sehari tuh 8 juta dan itu besar banget buat
gue. Sedihnya lagi kalau 8 juta enggak habis dalam sehari gue akan di gebuk’in,
dipukul’in dan di cambuk sama bokap dan nyokap gue. Sebagai hukumannya,
besoknya gue dikasih uang jajan 15 juta dalam satu hari dan harus habis hari
itu juga. Sedih banget bukan?.
Okay mungkin kalo loe bisa senang
dikasih 15 juta per hari, tapi kalo gue, gue merasa tersiksa soalnya mau beli
apa saja sudah ada di rumah. Tau kan , menu makanan gue aja tiap hari
gonta-ganti. Senin masakan Jepang, Selasa masakan Itali, Rabu masakan India,
Kamis, masakan Cina, Jumat masakan Indonesia, Sabtu dan Minggu spesial menu
semua ada tinggal pilih. Kalau begini terus mau menghabiskan uang 15 juta
sehari dengan capa apa?.
Semuanya sudah ada, semuanya
sudah ada. Mau beli pakaian ada, mau beli sepatu atau tas sudah ada. Mau beli
camilan juga ada. Camilan gue aja caviar, yah paling enggak sarang burung
walet. Karena gue dididik menjadi pria yang biasa alias low profile jadi mau beli baju, sepatu atau tas udah enggak ada
hasrat lagi. Jadi kalo gue dapet hukuman suruh menghabiskan uang jajan 15 juta
dalam sehari jujur gue nggak bisa dan gue merasa tersiksa banget dengan hukuman
itu.
Untung saja gue belum pernah kena
hukum. Jadi uang jajanku yang 8 juta selama sehari itu selalu habis dengan cara
apapun. Karena gue takut digebuk’in, dipukul’in dan di cambuk sama bokap dan
nyokap gue kalau gue sampai enggak berhasil menghabiskan uang jajanku 8 juta
selama sehari itu.
Karena 8 juta itu sangat banyak
dan harus habis, gue merasa kewalahan untuk menghabiskannya. jadi cara gue
untuk menghabiskannya gini, gue beli nasi pecel atau nasi kucing dengan harga 4
ribu saja tapi gue membayarnya terserah gue. Mau gue kasih 2 juta kek, 5 juta
kek terserah gue. Mengapa gue membeli makanan yang gak ada harganya itu seperti
bakso, mie ayam, lalapan, soto, pecel dll soalnya makanan tersebut gak ada di
daftar menu makanan di rumah gue. Gue kangen banget makanan itu, dan berapapun
harganya akan gue beli. Bahkan harganya 8 juta sekalipun. Kalau misalnya toh
gue gak nafsu makan, mending uang jajan gue, gue kasihkan semua kepada pengemis
dan fakir miskin.
***
Kesedihan gue juga menimpa paras
gue yang rupawan, dimana gue sebagai cowok blasteran Jawa dan Uzbekistan.
Sebelumnya gue biasa aja tidak begitu menyesali paras gue yang tampan rupawan.
Tapi semenjak gue iseng-iseng ikut audisi cover
boy majalah Men’s Health Amerika dan dinobatkan sebagai pria terseksi
dekade 2011-2020 diseluruh dunia, maka gue mulai membenci kehidupan gue.
Soalnya gue dituntut untuk menjaga penampilan terbaik gue. Gue selalu dituntut
dalam penampilan gue padahal gue tuh terdidik menjadi anak yang low profile, tapi karier berkata lain
dan kontrak tersebut sudah gue tanda tangani selama satu dekade.
Yah mau bagaimana lagi, nasi
sudah menjadi bubur. Memang nasib mencadi cowok tampan, body sexy, dinobatkan
sebagai pria terseksi dekade 2011-2020 di seluruh dunia, yang harus menjaga
penampilan dan dikenal diseluruh dunia. Soalnya itu semua menghalangi hobi gue
yang menyatu dengan alam misalnya berkebun, bercocok tanam, menbajak sawah dll.
Apalagi paparazzi yang menjengkelkan
itu selalu mengambil foto gue dan membikin gosip yang enggak-enggak.
Gara-gara ketampanan dan
keseksian gue, gue pernah hampir bunuh diri dibuatnya. Soalnya dunia model yang
gue geluti gak cocok dengan kepribadian gue yang sangat sederhana dan low profile. Padahal niatnya gue, gue
ikutan dunia model seperti ini hanya untuk menambah komunitas, mnambah teman
serta mencari pengalaman saja. Secara gue kuper banget gak punya temen gak ada
yang bisa diajak ngobrol. Tapi dengan paras tampan dan body seksi yang gue
miliki membuat gue gila dan hampir bunuh diri. Gue tau gue tampan, gue tau gue
seksi tapi jangan menekan kehidupan pribadi gue gini dong.
Terus kalo gue mati bunuh diri
gara-gara ketampanan dan keseksian yang gue miliki, nanti siapa yang
menggantikan posisi gue sebagai pria terseksi diseluruh dunia dekade 2011-2020.
Brad Pitt? Cuiihh.... siapa dia?! Bisa-bisa majalah Men’s Health Amerika yang
terkenal seantero jagad itu akan anjlok pamornya gara-gara dia.
Kalo gini terus gue ingin mengundurkan
diri dari dunia model yang sudah membesarkan namaku selama ini. Terserah kalau
gue dituntut karena melanggar kontrak, mau minta berapa ratus milyar akan gue
bayar yang penting gak ada yang menggangu kehidupan gue lagi. Lagian gue masih
punya banyak urusan diluar karier gue sebagai model. Gue masih punya 267
yayasan panti asuhan ‘Kasih Ibu’, 173 Sekolah Dasar, 125 SMP, 84 SMA, 6
Universitas dan lebih dari 500 masjid yang gue bangun dari tabungan gue
sendiri. Pendidikan gue juga lebih penting daripada menjadi model, alhamdulilah
di umur gue yang masih sangat muda 16 tahun tapi gue sudah mengambil gelar
Doktor di Harvard University.
***
Dan satu lagi kisah sedih gue
yang sangat miris dimana gue pernah diculik. Tau sendiri kan di umur gue yang
masih sangat muda 16 tahun, memiliki wajah tampan rupawan, imut, sexy dan sudah
mengambil gelar Doktor di Harvard University, jadi gue rentan banget diculik.
Waktu itu gue lagi jalan sendirian di kebun belakang rumah tepatnya di kebun
binatang pribadi milik keluarga kami. Waktu itu gue ingin sendirian saja enggak
ditemani bodyguard, kebetulan juga bodyguard setia gue nemenin nyokap ke
Masjidil Haram buat Sholat Dzuhur.
Waktu gue lagi asik memberi makan
badak jawa yang sudah sangat langka yang menjadi koleksi kebun binatang pribadi
kami, tiba-tiba gue disekap sama sekumpulan penculik. Penculik tersebut menutup
mata dan mulut gue lalu dinaikkan kedalam jeep secara kasar. Yang bisa gue
lakukan hanya nangis dan berusaha minta tolong, tapi apadaya suara gue
tersamarkan oleh sumbatan helaian kain yang menutupi mulut gue.
Disitulah gue merasa teraniaya
bak gadis yang sudah kehilangan kehormatan. Di dalam jeep dengan keadaan gue
yang seperti itu gue merasa hancur, tercabik-cabik, hina, pecundang, jalang,
hilang kehormatan karena gue belum pernah diperlakukan seperti ini seumur
hidup. Karena basic-nya gue tuh sopan
santun, elegan, berwibawa, rendah hati, lembut dan low profile jadi kalo gue
kalo gue diperlakukan seperti ini gue merasa kehilangan kehormatan.
Kedua penculik tersebut
menodongkan pisau di leher gue dan mengintrogasi gue secara kasar.
“Hey anak muda! Namamu siapa??
Jawab!”
“Apa nama? Hahahaha loe sama loe
gak tau gue! Secara gue model majalah Men’s Health Amerika gitu. Loe tanya aja
deh sama fakir miskin yang disana, dia tau kok nama gue. Sekarang gue lagi
males aja menjawab pertanyaan dari kalian gak berbobot sih.” Jawab gue enteng.
“Kurang ajar nih bocah! Gimana
kalau kita golok aja boss!” Ajaknya menakukti gue.
“Jangan!! Jangan!! Om.... nanti
kalo gue mati entar siapa yang mau bantuin untuk menghabiskan uang bokap gue.
Kasian Bokap gue gak bisa menghabiskan uangnya sendirian... huwwaaaaaa...
huwwaaaa.... Ayaaahh..... Ayaaahhh....” Tangisku meronta agar tidak dibunuh.
“Bokap loe kaya??” Tanyanya
penasaran.
“Gue cuma berada di keluarga yang
menengah om. Rumah saya saja tujuh lantai keatas, enam lantai bawah tanah.
Menengah banget kan om!” jawab gue merendah. Memang dari dulu gue tuh enggak
mau dibilang hidup dikeluarga yang kaya. Gue lebih suka bilang di keluarga
menengah mungkin karena gue sedari kecil sudah dididik menjadi low profile.
“Makanan empuk nih boss! Ayo ini
pencet nomor telpon ortumu biar kita bisa minta tebusan.” Mereka menyuruh gue
untuk menelpon ortu gue dengan menyodorkan henfonnya.
“Baik om! (Tuut... tuut...
tuut...) Hay guys!! Pa kabar.... Iya! Eh tau gak gue sekarang ada dimana! Apa?
Bukan bukan di Paris! tahu sendiri kan gue tuh imut banget jadinya gue tuh
rentan banget diculik, jadi sekarang gue lagi diculik.... hebat kan! Iya
makasih!. Eh by the way kayaknya entar malem gue gak bisa ikut kalian hangout bareng ke Jerman soalnya gue
belum potong kuku. Gue mau sih ke Jerman tapi bentar lagi anterin gue yah ke
Singapore dulu enggak lama kok cuma potong kuku aja. Oke oke siap bos. Yaudah
makasih ya dadaaah....”
“Kurang ajar nih bocah tengil.
Disuruh nelpon orang tuanya malah nelpon temen-temennya.”
“Salah loe sendiri sih, menculik
gue dalam keadaan posisi gue punya janji hangout
bareng temen-temen gue. Kalo mau nyulik gue tuh hari Senen aja soalnya gue
free. CAMKAN ITU!”
“Nyolot nih anak! Berapa nomor bokap
loe.”
“081913966554.”
“Halo ini anak lo ada di tangan
gue kalo lo mau anak lo kembali dengan selamat serahkan uang 8 juta.” Kali ini
dia yang mengobrol sendiri dengan bokap gue.
“Whats??? Baby baby baby... what
on earth are you thinking about! Om 8 juta itu hanya uang saku gue dalam satu
hari. Gila apa seorang Nauval Afnan anak tunggal dari keluarga Samsuri ditebus
dengan 8 juta saja. Paling yang memberikan uang tebusannya pembantu dari pembantunya
pembantu gue. Sekarang gini om kalau loe ingin bertemu secara langsung dengan
bokap gue, loe harus minta 500 M dan 1 unit kapal pesiar. Baru yang mengasihkan
bokap gue langsung.” Saran gue ke
penculik murahan tersebut.
“Oh oke oke. Maaf bapak kalau
anak bapak mau selamat serahkan uang 500 Milyar dan 1 unit kapal pesiar. Kalau
anak bapak ingin selamat jangan bilang-bilang polisi.”
Dan yang paling menyedihkan waktu
gue dengar percakapan diantara bokap gue sama penculik itu ternyata bokap gue
bilang “Dengar Bapak daripada 500 Milyar saya kasihkan buat anda mending saya
kasihkan buat fakir miskin. CAMKAN ITU!” sumpah gue tersinggung. Lalu gue
dibuang di tempat yang asing banget.
Dan kata terakhir yang gue
teriakkan kepada penculik itu saat membuang gue di desa asing “Hey loe bakalan
rugi selamanya melepaskan gue. Ayo sekap gue lagi... huwwaaaa huwwaaaaa.....
berhenti... huwwaa... huwwwaaa....” Gue nangis dalam keadaan tangan diikat
kebelakang lalu mengejar jeep yang membuang gue dan berharap mereka akan datang
kembali dan mempertimbangakan lagi agar mereka mau menculik gue lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar