Melihat kegigihan ibu merawat bunga-bunganya, aku semakin semangat untuk selalu menemani ibu dalam kegiatannya setiap pagi dan sore di taman bunga belakang keraton yang luasnya lima hektar itu. Setiap pagi dan sore kita selalu diantar oleh abdi dalem kami dengan kereta kuda menuju kebun bunga. Disana kita menanam bunga, menyiram bunga, memupuk dan menyanyikan bunga agar cepat bersemi. Setiap pagi tidak jarang aku menemani ibu duduk di kursi goyang yang terletak di bawah pohon rindang sambil merajut syal hangat untukku. Jika sudah bosan beliau pasti memintaku menemaninya melukis taman bunga miliknya dari kejauhan. Di ruang perapian keraton kami jika jendelanya dibuka terlihat nyata pemandangan taman bunga yang luasnya lima hektar itu, disitulah ibu melukis, menyalurkan hobi ringannya.
Roro Farida Ariani
Ibuku suka mengenakan sweater kesayangannya yang dibelinya di Swiss
Ibuku suka sekali dengan bunga melati. Beliau selalu berfoto dengan latar belakang bunga melati.
Dari berbagai hobi tersebut, hobi ibu yang paling sering dilakukan yaitu menyanyikan bunga-bunga kesayangannya. Tidak tanggung-tanggung ibuku kalau bernyanyi. Karena beliau dididik di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) dan melanjutkan pendidikannya di Nederland, jadi ibu mahir sekali berbahasa Belanda dan Inggris. Dia suka sekali dengan lagu milik Daniel Bedingfield yang berjudul if you’re not the one. Dengan improvisasi yang beliau kreasikan sendiri, maka ibu menyanyikan lagu tersebut dengan teknik scat untuk dipersembahkan kepada bunga-bunganya setiap pagi dan sore agar segera mekar. Ini dia
Memang beginilah apa adanya kami. Keluarga keraton selalu terdidik elegan dan sopan santun. Bukan aku saja yang elegan dan sopan santun, namun kedua orang tuaku juga Raden Hadi dan Roro Ida. Dan sosok yang selalu mengajari tata karma, elegan dan sopan santun di keluarga keraton tidak lain adalah ibuku Roro Ida.
kangen ibu....
BalasHapus