Di sore itu dua sejoli yang sedang jatuh cinta Rangga dan Cinta sedang asik
bolos sekolah. Alasan mereka cukup kuat karena sekarang pelajaran Matematika
sedang berlangsung dengan guru yang super membosankan rambut klimis,
selalu berminyak wangi Arab, serta gigi sedikit maju ke depan sehingga
kalau menerangkan di depan kelas sebaiknya semua siswa menggunakan payung untuk
untuk menghalangi gemricik liur yang berterbangan kemana-mana.
Apalagi Cinta kurang begitu menguasai pelajaran Matematika,
mungkin itu nasib Cinta disetiap ada pelajaran Matematika, Cinta selalu menjadi
sorotan Pak Kusnadi guru Matematika di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Nasib
memang nasib disetiap ada beliau pasti Cinta selalu dimarahi, sialnya lagi
bangku Cinta dan Rangga dibaris paling depan jadi Pak Kusnadi rajin dan tak
pernah lupa memarahi Cinta yang sedikit blo’on. Hingga pernah suatu hari disaat
Pak Kusnadi sedang asik memarahi Cinta, jemari Pak Kusnadi yang lentik sedang
sibuk meraih upil dirongga-rongga lubang hidung yang sulit dijangkaunya.
Melihat tingkah laku Pak Kusnadi dengan spontan Cinta dan Rangga meledak
tertawa terbahak-bahak sehingga Pak Kusnadi malah tambah kesal dengan tingkah
laku muridnya. Dalam marahnya tanpa sadar jari telunjuk Pak Kusnadi telah
mendapatkan upil yang super besar dan sedikit lengket sehingga Pak Kusnadi
gemas lalu memlintir-mlintir upil yang telah didapatkannya serta menaburkan di
atas bangku Rangga dan Cinta.
Begitulah alasan Cinta dan Rangga untuk bolos sekolah hari ini.
Akhirnya dua sejoli ini memutuskan Malioboro tempat tujuan mereka untuk bolos
sekolah serta berpacaran. Pukul dua siang, walaupun sekolah telah usai tapi dua
sejoli ini masih saja menghabiskan waktu untuk mengubek-ubek jalan
Malioboro mulai dari Mall sampai pasar Beringharjo walaupun
mereka tidak beli sama sekali.
“Pipih Pipih coba deh lihat ada es beras kencur tuh! Pipihh….
Mimih belikan ituh satuh”. Saking centilnya Cinta bilang “satu” aja sampai
manyun seperti foto-foto para Alay di Facebook.
Sontak Rangga berjongkok menghadap muka Cinta dan memegang tangan
kanan Cinta dan bilang begini “Cinta ohh cintaku! Walaupun kau bukan Cinta
Laura, tapi saya tetap terhormat membelikan kau es beras kencur yang sangat
segar yang berada di seberang jalan itu!”.
Cinta yang sedang bingung segera membangunkan Rangga yang sedang
bergombal-gombal ria di depan pasar Beringharjo yang ramai lalu lalang
wisatawan di sana. “Rangga Pipih ku! Jika itu maumu. Pergilah. Mimih rela
melepaskan tanganmu, tapi Pipih hati-hati yah…. Mimih menunggu di sini serta
mendoakan keselamatan Pipih percayalah”. Kata Cinta, lalu memeluk erat Rangga
sambil menekuk kaki kanannya kebelakang.
“Rangga semangat ya”. Bisik Cinta kepada Rangga.
Tanpa basa-basi Rangga berpaling seraya menitihkan air mata dia
berlari menyebrang jalan raya tanpa peduli banyaknya kendaraan dari arah kanan.
Bunyi klakson meledak dan mobil-mobil mengerem mendadak, seakan-akan semua
sumpah serapah tertuju kepada Rangga. Tapi Rangga tetap berlari dan tidak
peduli. Terdengar lirih suara semangat dari Cinta dan itu membuat air mata
Rangga jatuh lagi. Lama kelamaan suara semangat Cinta hanyut. Hilang seperti
hilangnya lukisan berbentuk hati di pasir pantai yang hangat terhantam ribuan
liter ombak laut yang kejam. Dan semua itu karena ledakan klakson Bus
Pariwisata dari arah kanan. Tak sempat lagi meminta maaf, Rangga menambah
kecepatan larinya yang sebelumnya slow motion kini menjadi
lebih cepat se-cepat awan kinton kendaraannya Goku di kartun Dragon Ball. Cepat
melesat dan akhirnya sampai juga di seberang jalan tepatnya di depan Batik
Mirota.
“Ibu Suri. Bolehkah sahaya membawa es beras kencur yang nikmat dan
super segar itu. Hamba mohon Ibu Suri, Sang Ratu sangatlah dahaga beliau
membutuhkan seteguk dua teguk es beras kencur”.
“Ngomong opo to Den Den! Simbok ora ngerti”.
“Aduh Simbok walaupun ini settingnya di Jogja tapi kalo bicara
pake bahasa Indonesia dong! Kan cerita kita mau ditulis sama Nauval Afnan dan
dipostkan di blog pribadinya di kotaksuratafnan@blogspot.com.
Nah nanti kalo sudah jadi kita bisa bareng-bareng buka blognya Noval isinya
bagus-bagus lo Mbok!. Oh ya by the way saya mau beli es
beras kencur Simbok dua bungkus ya, esnya yang banyak!”.
Sementara Simbok masih bingung harus apa karena omongan Rangga
yang ngelantur. Tiba-tiba datanglah Cinta dengan menunggangi Elang dan
menghampiri Rangga yang sedang menunggu es beras kencur milik Cinta selesai
diracik oleh Simbok.
“Rangga pangeranku ayo cepat naik! Ada ribuan prajurit utusan Sang
Baginda Raja untuk menangkapku dan menyuruhku pulang!”.
“Tapi Ratu es beras kencurnya belum jadi! Masih diracik oleh
Simbok!”.
“Sudah ayo cepat! Ini berikan kepada penjual jamu itu, maaf adanya
hanya 3 keping emas, hanya sekedar untuk ganti rugi. Ayolah Rangga cepat
naiklah ke leher Elangku ini pegangan yang kuat”.
Rangga pun panik setelah mendengar kabar itu dari Sang Ratu.
Setelah memberikan 3 keping emas pemberian Sang Ratu kepada Simbok yang bergambarkan
500 Rupiah dan sisi belakangnya Garuda Bank Indonesia. Lalu Rangga cepat-cepat
naik ke leher Elang tunggangan Sang Baginda Ratu Cinta dan terbang menuju
tempat persembunyainnya Taman Pintar.
“Loh den Bagus ini loh es beras kencurnya sudah jadi! Kok ditinggal ngalih to! lha ini malah di
kasih uang seribu lima ratus”. Sambil melambai-lambaikan tangan ke arah becak
yang ditunggangi Cinta dan Rangga.
***
“Mimih sebenarnya ada apa! Kok kayaknya terburu-buru banget! Ayo
dong cerita sama Pipih”.
“Ceritanya panjang Pipih! Karna sudah lewat pukul tiga jadinya
Daddy ku menyuruh pembantunya untuk mencari aku! Tapi aku nggak mau pulang”.
Sambil mengumpatkan mata dipundak Rangga karena kesedihan yang terlalu dalam.
“Sudah-sudah! Lagian kan sekarang sudah pukul 3! Pulang yuk!”
Hibur Rangga.
“Oh gitu ya sekarang kamu! Udah nggak bela aku lagi! Aku pikir
hubungan percintaan kita akan berakhir bahagia seperti di film Ada Apa Dengan
Cinta dimana Cinta mencium bibir Rangga di Bandara Soekarno Hatta. Tapi enggak!
Aku kecewa sama kamu Ga! Turunin gue sekarang juga! Stop Bang!”.
Teriakan Cinta sambil menangis tersedu-sedu membuat Rangga menjadi
bingung harus berbuat apa. Terlihat dari kejauhan Cinta masuk rumah makan
Padang lalu mengacak-acak warung tersebut lalu keluar dan pulang berjalan kaki
sambil mengusap air matanya yang jatuh di pipi.
Kalipahit,
18 juli 2012
Penulis
|