Love Letters Buat Kamu dan Kamu

Hai kamu. Dan kamu.

Don't be surprised kalo tiba-

tiba saya nulis surat seperti ini

buat kamu, dan kamu.


Well... yeah... so last-decade

memang kirim surat kayak

gini. Sebenernya writing letters

isn't really my thing dan

mungkin buatmu gak terlalu

penting. Jadi biarpun aku

bakal pusing tujuh keliling,

hingga kening keriting, i

promise you i,ll try my best

untuk membuat surat ini

tidak terdengar seperti kiasan

cheesy soal cinta di kartu

Valentine yang dicetak masal.


by Rakhmawati Fitri

Minggu, 26 Agustus 2012

Cerita "Cinta Monyet" Nauval Afnan


26 Agustus 2012


Ngomong-ngomong soal cinta, gue punya cerita cinta yang penuh dengan lika-liku, lengkap dengan problematika kehidupan atas nama cinta, dimana cinta menjadi peran utama yang menjadikan cinta itu tumbuh bersemi lalu hancur, muncul lalu hilang, manis lalu pahit. Atau mungkin sebalikanya. Begitulah cerita cinta yang dialami oleh sosok manusia tanpa dosa, tanpa cela ini. Sesosok makhluk titipan Ilahi yang dilahirkan sempurna dimata Ibu mereka. Cerita “Cinta Monyet” namanya.

Cinta monyet dari penglaman gue, membuat gue ketawa-ketawa sendirian kalau lagi inget waktu gue masih duduk dibangku SD. Dimana gue ditakdirkan menjadi cowok terkece sekelas, dengan pengalaman style yang begitu coolness karena belajar dari majalah Gaul yang menjadi langganan gue tiap minggunya. Setia mengikuti style dari kakak-kakak jebolan AFI (Akademi Fantasi Indosiar) yang sering muncul di-cover majalah Gaul kala itu. Dimulai dari rambut jabrik keatas ala Romi AFI, lengan kemeja yang dilipat keluar ala Rini AFI, serta ikat pinggang bergigi rapat bak rocker di era tahun 2000an. Dengan tampilan yang rocker abis kadang gue masih suka maen bekel dan nama-nama buah. :D

Yah begitulah cerminan sesosok Nauval Afnan saat dibangku SD kelas 5. Untuk tampil exis dimata temen-temen gue, gue bukannya mengandalkan kepintaran dan kecerdasan yang dianugerahkan Tuhan untuk gue, you know gue jarang dapet peringkat paling-paling ranking 3-4, 3-4 dari 12 siswa (parah banget) pernah sih dapet juara satu itupun kelas satu SD. Kenyataannya gue gak pinter, gak punya bakat, I can’t acting, singing. Yah beginilah saya apa adanya hanya modal ketampanan dan ke-sexy-an tubuh saya saja.

Cerita cinta monyet pertama gue dimulai dari gadis kecil yang berdomisili di kota Situbondo, waktu gue masih duduk di kelas 4 SD. Nonik namanya. Gue lupa-lupa ingat sih sama dia intinya kita pernah jadi teman sepermainan dan teman sekolah waktu gue melanjutkan study gue di TK luar kota, Situbondo kota tercinta.

Awal cerita disaat gue main ke rumah tante gue diwaktu liburan kenaikan kelas 3 kekelas 4. Saat itu sering main sama keponakan gue bang Hafid. Ceritanya gue tuh gue dijodohin sama Abang gue. Dengar-dengar  gue mau dipasangin dengan Nonik temen TK gue waktu di Situbondo, dan katanya gue mau ditembak duluan. Tetapi waktu yang menghancurkan moment indah kala itu, gue harus pulang hari senin, padahal besoknya gue mau ditembak Nonik di tempat pemandian umum. Tempat Nonik les berenang kala itu.

“Noval pulang Rabu aja ya!”

“Aduh Bang tapi Ibu nanti sore pulang ke Banyuwangi!”

“Ya nanti Ibu Ida dibilangin suruh pulang besok Rabu aja. Soalnya besok Senen kita renang di TP. Katanya Nonik besok senen Noval mau ditembak!”

“Yah gak bisa sekarang aja kita ke TP nya?”

“Gak bisa Val soalnya besok Senin Nonik sekalian les berenang. Katanya suruh ngajak Noval soalnya mau ditembak!”

Yes, hanya kalut yang ada didalam hati gue saat itu. Sebenernya gue mau-mau aja kalo di jodohkan dengan Nonik. Dan gue sudah mempersiapkan jawaban “YA” kalo moment yang gue tunggu itu memang benar-benar terjadi. Tapi ibu gak mau kalo harus pulang ke Banyuwangi hari Rabu. Sepertinya harapan gue gak bakalan terkabulkan, karna gue harus ikut Ibu pulang ke Banyuwangi.

Hampir setiap jam  Abang selalu membujuk gue untuk pulang hari Rabu. Sampai bosan mendengar bujukannya. Tapi bagaimana lagi aku tidak sanggup menjalani long distance relationship, aku takut Nonik selingkuh dibelakangku. Aku tidak mau hati ini hancur berkeping-keping setelah melihat kekasih hatiku mengingkari janji setia sehidup semati yang pernah dia ucapkan di TP pemandian umum yang sangat tersohor di kota Situbondo itu. Biarkanlah dia mencari lelaki yang bisa jadi pemimpin dan pelindung baginya kelak. Tuhan berikanlah dia jodoh yang lebih bijaksana dan arif, lebih dari saya. Amien.

Akhirnya gue kembali pulang di kota tempat asal gue Banyuwangi tanpa ikatan cinta monyet dari gadis kecil yang bernama Nonik. Menaiki bus antarkota Surabaya-Banyuwangi gue duduk didekat jendela disamping Ibu, sambil memandangi abang tukang becak yang mengantarkan kami ke terminal, seraya melamun memikirkan betapa kecewanya Nonik saat gue gak ada disana tepat disaat dia mengungkapkan perasaannya kepada gue. Selamat tinggal Situbondo terima kasih semuanya.

Begitulah akhir cinta pertama gue waktu gue beranjak kekelas 4 SD. Sesosok anak tampan berpipi cabi dan tidak punya dosa. Ceria ketika bermain petak umpet, nama-nama buah, tamiya dengan teman-temannya. Disitulah gue sering ketawa sendiri kalo ingat masa kecilku yang sangat bahagia dan ceria penuh dengan cinta. Kalo dipikir-pikir lagi misalnya dulu waktu gue memang bener-bener jadian sama Nonik lalu gue bilang, “Iya deh aku terima.” Terus apa???


***


Cinta monyet kedua gue jatuh kepada gadis yang sudah lama gue kenal sejak gue duduk dibangku TK. Bukan TK di Situbondo, tapi TK Tunas Mekar sebelah rumah gue dimana ceweknya centil-centil gitu, huh males banget. Dikala gue sedang asik main jungkat jungkit dengan teman gue dan berharap bisa melambung keatas karena tidak seimbang, tiba-tiba datanglah segerombolan cewek-cewek centil termasuk cinta monyet kedua gue mencium pipi gue secara bergiliran. Dengan gaya sok cool gue berpaling dari mereka lalu bermain ayunan tiba-tiba salah satu dari mereka yang tidak kebagian mencium pipiku tadi mendekatiku dan membantuku mengayunkan dari belakang. Setelah gue bosan main ayunan mungkin cewek centil yang membantu mengayunkan juga cape, tiba-tiba cewek tersebut mencium pipi manis gue. Kurang ajar tuh cewek. Emang lo pikir gue cowok murahan apa.

Cinta monyet kedua gue paling berkesan dari sebelumnya soalnya gue yang jatuh cinta dan menembak duluan. Sebut saja dia Cilla. Gue tertarik sekali dengan Cilla kecil soalnya dia cantik dan licah seperti artis cilik favorit gue yang video klipnya sering muncul di Tralala Trilili yup! Maissy dan Chikita Meidy.

Cilla menurut gue sempurna dimata gue (saat itu). Finally I dared to write my first love disela-sela kerja bakti Agustusan di sekolah. Tahu kan namanya anak kecil yang jelas gak punya perasaan apa-apa waktu lagi main cinta-cintaan. Dan kalau boleh jujur sebenernya dulu nulis surat buat Cilla cuma iseng-isengan aja, soalnya gue pernah menuin surat cinta milik kakak gue di lemarinya. Wah menarik banget ada fotonya juga kayak di sinetron “Cinta SMU” dimana Gilang menulis surat cinta misterius dan menyelipkan suratnya di sela-sela buku Putri yang diperankan oleh Nabila Syakieb. By the way itu sinetron favorit gue banget loh. Okay kembali ke topic, ya jadi essentially used just for fun I'll like in drama gitu. Mumpung kakak mengkoleksi surat cinta yang bertuliskan “Gemini Girls”, “Leo Boys” gitu-gitu lah, mirip banget sama suratnya Gilang yang dikasihkan Putri secara misterius keren banget dah. Dulu sih keren kalo sekarang jayus.

Sayang banget gue gak punya salinan isi dari surat cinta pertama gue. Seingat gue dulu nulis pake ada “Yang Tercinta” segala, terus ada kalimat yang gue hafal diluar kepala “Kamu ingat dulu waktu TK kamu sering ciumi pipiku” gitu. Ya ampun terusin gak ya! Jayus banget, gila. Tidak lupa dilengkapi dengan foto terbaik gue saat itu, bergaya berjongkok di batu karang di pantai Grajagan. Hingga tercatatkan nomer telepon yang bisa dihubungi, dan gue dulu mencantumkan nomer telepon rumah gue (0333) 592620, dan biar kelihatan keren kalau punya HP, gue juga mencantumkan nomer HP kakak gue yang dulu masih duduk dibangku SMU di Jember 08124950302. Untung saja si Cilla gak pernah menghubungi nomer-nomer tersebut, mampus gue kalau sampai ditelpon Cilla. Bisa-bisa Ibu memarahi gue habis-habisan karena gak boleh pacaran, dan momok yang menghantui hidup gue bisa-bisa terjadi juga. Gue mau dipindahkan sekolah di Amrik. TIDAK….

Love Letter has been completed. And now I have to figure out how to send a letter. Berhubung SD Cilla berbeda dengan SD gue. Gue memasrahkan sama temen gue yang namanya Indah berhubung dia juga tetanggaan dan kenal lebih dekat dengan Cilla. Awalnya Indah mau memberikan surat cinta gue tapi entah dibisikin setan apa tiba-tiba Indah tidak mau memberikan surat gue ke Cilla, katanya sih takut dosa. Muna lu bilang aja lu cemburu sama gue. Akhirnya gue kasihkan surat gue ke kakak kelas gue  yang bernama Rudy soalnya katanya sih dia juga saudaranya si Cilla.

Kira-kira seminggu kemudian lah surat gue dibales sama Cilla. Waktu berangkat sekolah gue lihat Indah dan para gengnya di halaman sekolah sambil cekikikan membaca selembar kertas dengan tangan sibuk membawa sapu karena mengabdi tugas piketnya. I can guess it is a love letter to me from Cilla. You know tingkah gue yang begitu coolness pura-pura gak tau aja, padahal pengen banget membacanya. Akhirnya waktu di dalam kelas surat yang dipegang Indah dikasih ke gue.

Oh my god betapa ilfilnya gue saat pertama melihat dari tampilan suratnya. Sorry ya Cill lo tuh gak ngehargai gue banget. Bagaimana bisa surat cantik yang susah payah gue bikin special buat lo, dibuat hingga semirip mungkin seperti surat cintanya Gilang waktu dikasihkan ke Putri di sinetron remaja “Cinta SMU” itu, but you respond with selembar buku Sidu dengan amplop uang yang biasa dipake ngisi duit buat menghadiri acara kondangan. Tega kamu Cill! (ekspresi nangis).

I started to get ready to read a love letter from dear Cilla. Oh my… kata demi kata, kalimat demi kalimat isinya penolakan. Kalimat yang paling gue inget adalah “Maaf kita masih kecil belum boleh pacaran.” Hey anak pertama dari Bapak Mandor tersebut menolak cinta gue. Hey! I did not misread nih! padahal gue cowok terkece di SDN 2 Kedungwungu loh. Sesosok mahluk ciptaan Tuhan yang ditakdirkan tampan rupawan, elegan, berwibawa dan kharismatik oleh Nya.

Okay gue ditolak. Now how do I have to still look cool in the eyes of my friends. I pretended to cry in class because his love is rejected. Tarik nafas gue berusaha konsentrasi untuk mulai ber-acting nangis. Mulai membanyangkan hal yang buruk menimpa keluarga gue. Konsentrasi. Nangis. Nangis. Nangis. Hey Nauval! what's wrong with you. Come on start crying. Waduh mampus gue air mata gak bisa keluar. Tidak semulus perkiraan gue, padahal kalo latihan acting nangis beberapa hari yang lalu di kamar mandi selalu berhasil loh. But why this cannot cry. Memang bener kalo gue gak punya bakat apapun, nyanyi, acting, semuanya gak bisa. Yah beginilah saya apa adanya artis kelas yang hanya modal ketampanan dan ke-sexy-an tubuh saya saja.

Mampus gue. I began awkwardly nih. Ya Tuhan apa yang harus hamba lakukan, hambaMu yang kece ini gak bisa acting nangis ya Allah. Hamba mohon ya Allah waktu didunia ini mohon Kau hentikan 5 menit saja, biar hamba bisa lari ke rumah mengambil Insto lalu meneteskan dibawah mata hamba biar hamba jadi kelihatan nangis. Amien.

Aduh gimana nih gue mulai mati gaya. Bayangin deh kalo lo ada diposisi gue, ribuan pasang mata memandangi lo yang gagal ber-acting menangis biar kelihatan relationship seriously terus apa yang lo lakukan. Gak mungkin dong gue permisi kebelakang terus membasahi kantung mata dengan air liur. Apa ya, apa gue pura-pura mati aja kali ya. AHA ide bagus tuh, gue pura-pura tidur tersungkur dibangku aja. Wah successful! turns out my friends follow my grief dissolved in acting. I began to turn my brain what to do after this. Apakah gue harus duduk di pojokan kelas sambil melingkarkan tangan kelutut, bergaya sok Emo dengan coretan tattoos polpen di tangan bertuliskan “Im Emo boy alone” hah ngapain najis tau.

Untuk menambah kesan dramatic, in the position of my solitude, gue mulai merobek kertas Sidu penolakan cinta dari Cilla tadi. Lalu melemparkan ke atas, secara perlahan sobekan kertas menghujani gue. Namun sayang tidak lama Pak Pur wali kelas gue datang mengajar. Waduh gimana nih padahal nuansa begitu dramatic. Mana sampah kertas berhamburan di bawah bangku gue lagi. Yaudah deh karena takut dimarahi gue memungut kertas yang gue sobek tadi, lalu membuangnya ke tempat sampah. Bukannya menahan kesedihan tapi yang ada malah menahan malu karena kecele.

Actually I do not feel disappointed because my love denied. But I'm more disappointed and did not receive it kalau Cilla membalas surat penolakan dengan kemasan dan tampilan yang murahan. Masak surat gue udah sangat menarik, persis surat cinta yang ada di sinetron-sinetron remaja itu dibalas  dengan golden letters yang bergoreskan tinta-tinta emas dan beraromakan parfum khas Swiss, alias selembar kertas Sidu dengan amplop salam tempel. Mungkin pribahasa “Air susu dibalas dengan air tuba” it is more suitable illustrates retaliation Cilla to me.

You know namanya anak kecil walaupun cintanya ditolak mungkin 10 menit kemudian sudah kembali move on lagi. Seperti biasa  waktu istirahat Nauval kecil yang kece kembali bermain lagi dengan ceria bersama teman-temannya.  Pulang sekolahpun Nauval kecil masih juga bermain seperti biasa seperti tidak ada apa-apa. Petak umpet yang menjadi permainan kewajibanpun tidak absen gue lakukan bersama temen-temen gue di halaman TK Tunas Mekar padahal kalau flashback beberapa jam yang lalu gue baru aja diputusin.


***


Waktu berlalu, dan sekarang Nauval kecil menjelma menjadi pria dewasa yang sok grown-up yang sangat bertanggung jawab, mapan dan tampan. Ditandai dengan status “Sudah Sunat” di buku harian gue, I am very confident because dari temen-temen gue sekelas yang pertama sunat cuma gue aja lainnya nyusul belakangan. And now I'm sitting on a bench in 6th grade. Dari sekian lika-liku perjalanan cinta gue ada satu lagi cewek yang menaksir gue. Yah bisa dikatakan SECRET ADMIRER gitu. Sengaja gue tulis secret admirer menggunakan Font text bold dan text underline soalnya untuk menambah ketegasan intonasi bahwa sosok kecil mahluk ciptaan Tuhan bernama Nauval Afnan yang ditakdirkan tampan rupawan, elegan, berwibawa dan kharismatik oleh Nya sudah mempunyai SECRET ADMIRER sejak kelas 6 SD. Bayangkan kelas 6 SD pemirsa!.

Namanya Yeni dia siswa kelas 6 di SDN 4 Kedungwungu. Entah darimana dia ngerti gue, mulai dari gue sekolah dimana, mengaji dimana, anak siapa. It's obvious she's like spying on me wherever I was. Dan anehnya gue gak tau siapa itu Yeni.

Surat Yeni dititipkan temannya yang bernama Yeni juga, kebetulan dia teman mengaji gue. Suratnya lebih parah dari Cilla mana tulisannya seperti aksara Thailand gitu. Dari gaya tulisannya gue bisa menebak pasti dia menulis memakai pensil HB bergariskan warna merah dan hitam dilengkapi bonus penghapus keras berwarna pink segede upil di pucuknya.

Gila, mana bisa gue membaca tulisan ini, sepertinya gue harus menghubungi tim Arkeolog untuk meneliti prasasti ini yang penuh dengan noda nenghapus warna pink hingga kertas mengelupas hampir bolong dan berhiaskan coretan dimana-mana. Gue hanya manggut-manggut aja sok tau.

Kejamnya gue surat cinta dari Yeni enggak gue bales sampai sekitar satu bulan. Niatnya gue tuh bukan mengantungkan dia, tapi emang gue lupa bales aja. Hingga pada akhirnya gue menyiapkan surat balasan untuk secret admirer gue. Pasti pembaca yang kece sudah tahu apa yang akan terjadi. Yup, tolak. Tapi walaupun gue memberi surat penolakan, tetap saja gue menghargai secret admirer gue dengan surat yang sopan, memakai kertas binder yang cantik bertuliskan “Oh Mama Oh Papa” di sisi kanan bawahnya.

Kalimat-kalimat penolakan gue tulis di kertas binder dengan tinta pink penuh bling bling. Sentences written denial, I completely forgot. I remember only ada tanda hati retak disana, by the way itu gue dapet inspirasi dari acara “Katakan Cinta” setiap Sabtu sore di RCTI kala itu.
Surat pembalasan yang gue tulis khusus buat secret admirer gue, gue sampaikan kepada Nike teman mengaji gue di Mushola Al Fitrah. Nike teman dari Yeni, dia juga sesosok wanita perkasa pemegang juara adu panco di Mushola Al Fitrah walaupun dengan pria sekalipun, dengan otot lengannya yang kekar melebihi otot Agnes Monica.

Setelah berjalannya waktu akhirnya Tuhan mempertemukan gue, Yeni dan Cilla sekaligus dalam satu kelas, tepatnya kelas bimbingan UAN kelas 6 di SDnya Cilla. Jujur sih cantik Cilla jauh dibandingkan Yeni. Untung gue tolak cintanya Yeni, coba kalau gue terima paling temen-temen gue memberi bangku spesial buat gue dan Yeni seperti penganten baru gitu. Wah bisa-bisa paras gue yang tampan sengaja enggak gue bawa bimbingan karena malu setengah mati.

Walaupun gue, Cilla dan Yeni satu kelas bimbingan, rasanya numb, hackneyed, biasa banget gitu. Gak tau juga sih kalau mereka. Coba kalau ada Nonik lengkap sudah. hey by the way apa kabar si Nonik ya, apakah dia sudah punya pengganti yang lebih dari gue. Apakah Tuhan sudah memberinya jodoh sesosok lelaki yang bisa menjadi pemimpin dan pelindung yang lebih bijaksana dan arif, lebih dari saya?.


EPILOG

NONIK: Adalah nama asli, berdomisili di Situbondo. Pernah satu TK bersama saya dan pernah menjadi teman sepermainan.

CILLA: Adalah nama samaran, berdonisili di desa sebelah. Pernah satu TK bersama saya di TK Tunas Mekar, duduknya persis dibelakang saya.

YENI: Adalah nama asli, sekolah di SDN 4 Kedungwungu.



TO BE CONTINUED

COMING SOON NEXT MONTH
“ALL ABOUT CILLA”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar