26 Agustus 2012
Ngomong-ngomong soal cinta, gue
punya cerita cinta yang penuh dengan lika-liku, lengkap dengan problematika
kehidupan atas nama cinta, dimana cinta menjadi peran utama yang menjadikan
cinta itu tumbuh bersemi lalu hancur, muncul lalu hilang, manis lalu pahit.
Atau mungkin sebalikanya. Begitulah cerita cinta yang dialami oleh sosok
manusia tanpa dosa, tanpa cela ini. Sesosok makhluk titipan Ilahi yang
dilahirkan sempurna dimata Ibu mereka. Cerita “Cinta Monyet” namanya.
Cinta monyet dari penglaman gue,
membuat gue ketawa-ketawa sendirian kalau lagi inget waktu gue masih duduk
dibangku SD. Dimana gue ditakdirkan menjadi cowok terkece sekelas, dengan
pengalaman style yang begitu coolness karena belajar dari majalah
Gaul yang menjadi langganan gue tiap minggunya. Setia mengikuti style dari kakak-kakak jebolan AFI
(Akademi Fantasi Indosiar) yang sering muncul di-cover majalah Gaul kala itu. Dimulai dari rambut jabrik keatas ala
Romi AFI, lengan kemeja yang dilipat keluar ala Rini AFI, serta ikat pinggang
bergigi rapat bak rocker di era tahun 2000an. Dengan tampilan yang rocker abis kadang gue masih suka maen
bekel dan nama-nama buah. :D
Yah begitulah cerminan sesosok
Nauval Afnan saat dibangku SD kelas 5. Untuk tampil exis dimata temen-temen
gue, gue bukannya mengandalkan kepintaran dan kecerdasan yang dianugerahkan
Tuhan untuk gue, you know gue jarang
dapet peringkat paling-paling ranking 3-4, 3-4 dari 12 siswa (parah banget) pernah
sih dapet juara satu itupun kelas satu SD. Kenyataannya gue gak pinter, gak
punya bakat, I can’t acting, singing.
Yah beginilah saya apa adanya hanya modal ketampanan dan ke-sexy-an tubuh saya saja.
Cerita cinta monyet pertama gue
dimulai dari gadis kecil yang berdomisili di kota Situbondo, waktu gue masih
duduk di kelas 4 SD. Nonik namanya. Gue lupa-lupa ingat sih sama dia intinya
kita pernah jadi teman sepermainan dan teman sekolah waktu gue melanjutkan study gue di TK luar kota, Situbondo
kota tercinta.
Awal cerita disaat gue main ke
rumah tante gue diwaktu liburan kenaikan kelas 3 kekelas 4. Saat itu sering
main sama keponakan gue bang Hafid. Ceritanya gue tuh gue dijodohin sama Abang
gue. Dengar-dengar gue mau dipasangin
dengan Nonik temen TK gue waktu di Situbondo, dan katanya gue mau ditembak
duluan. Tetapi waktu yang menghancurkan moment
indah kala itu, gue harus pulang hari senin, padahal besoknya gue mau ditembak
Nonik di tempat pemandian umum. Tempat Nonik les berenang kala itu.
“Noval pulang Rabu aja ya!”
“Aduh Bang tapi Ibu nanti sore
pulang ke Banyuwangi!”
“Ya nanti Ibu Ida dibilangin
suruh pulang besok Rabu aja. Soalnya besok Senen kita renang di TP. Katanya
Nonik besok senen Noval mau ditembak!”
“Yah gak bisa sekarang aja kita ke
TP nya?”
“Gak bisa Val soalnya
besok Senin Nonik sekalian les berenang. Katanya suruh ngajak Noval soalnya mau
ditembak!”
Yes,
hanya kalut yang ada didalam hati gue saat itu. Sebenernya gue mau-mau aja kalo
di jodohkan dengan Nonik. Dan gue sudah mempersiapkan jawaban “YA” kalo moment yang gue tunggu itu memang
benar-benar terjadi. Tapi ibu gak mau kalo harus pulang ke Banyuwangi hari
Rabu. Sepertinya harapan gue gak bakalan terkabulkan, karna gue harus ikut Ibu
pulang ke Banyuwangi.
Hampir setiap jam Abang selalu membujuk gue untuk pulang hari
Rabu. Sampai bosan mendengar bujukannya. Tapi bagaimana lagi aku tidak sanggup
menjalani long distance relationship,
aku takut Nonik selingkuh dibelakangku. Aku tidak mau hati ini hancur
berkeping-keping setelah melihat kekasih hatiku mengingkari janji setia sehidup
semati yang pernah dia ucapkan di TP pemandian umum yang sangat tersohor di
kota Situbondo itu. Biarkanlah dia mencari lelaki yang bisa jadi pemimpin dan
pelindung baginya kelak. Tuhan berikanlah dia jodoh yang lebih bijaksana dan
arif, lebih dari saya. Amien.
Akhirnya gue kembali
pulang di kota tempat asal gue Banyuwangi tanpa ikatan cinta monyet dari gadis
kecil yang bernama Nonik. Menaiki bus antarkota Surabaya-Banyuwangi gue duduk
didekat jendela disamping Ibu, sambil memandangi abang tukang becak yang
mengantarkan kami ke terminal, seraya melamun memikirkan betapa kecewanya Nonik
saat gue gak ada disana tepat disaat dia mengungkapkan perasaannya kepada gue.
Selamat tinggal Situbondo terima kasih semuanya.
Begitulah akhir cinta
pertama gue waktu gue beranjak kekelas 4 SD. Sesosok anak tampan berpipi cabi
dan tidak punya dosa. Ceria ketika bermain petak umpet, nama-nama buah, tamiya
dengan teman-temannya. Disitulah gue sering ketawa sendiri kalo ingat masa kecilku
yang sangat bahagia dan ceria penuh dengan cinta. Kalo dipikir-pikir lagi
misalnya dulu waktu gue memang bener-bener jadian sama Nonik lalu gue bilang,
“Iya deh aku terima.” Terus apa???
***
Cinta monyet kedua gue jatuh
kepada gadis yang sudah lama gue kenal sejak gue duduk dibangku TK. Bukan TK di
Situbondo, tapi TK Tunas Mekar sebelah rumah gue dimana ceweknya centil-centil
gitu, huh males banget. Dikala gue sedang asik main jungkat jungkit dengan
teman gue dan berharap bisa melambung keatas karena tidak seimbang, tiba-tiba
datanglah segerombolan cewek-cewek centil termasuk cinta monyet kedua gue
mencium pipi gue secara bergiliran. Dengan gaya sok cool gue berpaling dari mereka lalu bermain ayunan tiba-tiba salah
satu dari mereka yang tidak kebagian mencium pipiku tadi mendekatiku dan
membantuku mengayunkan dari belakang. Setelah gue bosan main ayunan mungkin
cewek centil yang membantu mengayunkan juga cape, tiba-tiba cewek tersebut
mencium pipi manis gue. Kurang ajar tuh cewek. Emang lo pikir gue cowok murahan
apa.
Cinta monyet kedua gue paling
berkesan dari sebelumnya soalnya gue yang jatuh cinta dan menembak duluan. Sebut
saja dia Cilla. Gue tertarik sekali dengan Cilla kecil soalnya dia cantik dan
licah seperti artis cilik favorit gue yang video klipnya sering muncul di
Tralala Trilili yup! Maissy dan
Chikita Meidy.
Cilla menurut gue sempurna dimata
gue (saat itu). Finally I dared to write
my first love disela-sela kerja bakti Agustusan di sekolah. Tahu kan
namanya anak kecil yang jelas gak punya perasaan apa-apa waktu lagi main
cinta-cintaan. Dan kalau boleh jujur sebenernya dulu nulis surat buat Cilla
cuma iseng-isengan aja, soalnya gue pernah menuin surat cinta milik kakak gue
di lemarinya. Wah menarik banget ada fotonya juga kayak di sinetron “Cinta SMU”
dimana Gilang menulis surat cinta misterius dan menyelipkan suratnya di
sela-sela buku Putri yang diperankan oleh Nabila Syakieb. By the way itu sinetron favorit gue banget loh. Okay kembali ke topic, ya jadi essentially
used just for fun I'll like in drama gitu. Mumpung kakak mengkoleksi surat
cinta yang bertuliskan “Gemini Girls”,
“Leo Boys” gitu-gitu lah, mirip
banget sama suratnya Gilang yang dikasihkan Putri secara misterius keren banget
dah. Dulu sih keren kalo sekarang jayus.
Sayang banget gue gak punya
salinan isi dari surat cinta pertama gue. Seingat gue dulu nulis pake ada “Yang
Tercinta” segala, terus ada kalimat yang gue hafal diluar kepala “Kamu ingat
dulu waktu TK kamu sering ciumi pipiku” gitu. Ya ampun terusin gak ya! Jayus
banget, gila. Tidak lupa dilengkapi dengan foto terbaik gue saat itu, bergaya
berjongkok di batu karang di pantai Grajagan. Hingga tercatatkan nomer telepon
yang bisa dihubungi, dan gue dulu mencantumkan nomer telepon rumah gue (0333)
592620, dan biar kelihatan keren kalau punya HP, gue juga mencantumkan nomer HP
kakak gue yang dulu masih duduk dibangku SMU di Jember 08124950302. Untung saja
si Cilla gak pernah menghubungi nomer-nomer tersebut, mampus gue kalau sampai
ditelpon Cilla. Bisa-bisa Ibu memarahi gue habis-habisan karena gak boleh
pacaran, dan momok yang menghantui hidup gue bisa-bisa terjadi juga. Gue mau
dipindahkan sekolah di Amrik. TIDAK….
Love
Letter has been completed. And now I have to figure out how to send a letter. Berhubung
SD Cilla berbeda dengan SD gue. Gue memasrahkan sama temen gue yang namanya
Indah berhubung dia juga tetanggaan dan kenal lebih dekat dengan Cilla. Awalnya
Indah mau memberikan surat cinta gue tapi entah dibisikin setan apa tiba-tiba
Indah tidak mau memberikan surat gue ke Cilla, katanya sih takut dosa. Muna lu
bilang aja lu cemburu sama gue. Akhirnya gue kasihkan surat gue ke kakak kelas
gue yang bernama Rudy soalnya katanya
sih dia juga saudaranya si Cilla.
Kira-kira seminggu kemudian lah
surat gue dibales sama Cilla. Waktu berangkat sekolah gue lihat Indah dan para
gengnya di halaman sekolah sambil cekikikan membaca selembar kertas dengan
tangan sibuk membawa sapu karena mengabdi tugas piketnya. I can guess it is a love letter to me from Cilla. You know tingkah
gue yang begitu coolness pura-pura
gak tau aja, padahal pengen banget membacanya. Akhirnya waktu di dalam kelas
surat yang dipegang Indah dikasih ke gue.
Oh my god betapa
ilfilnya gue saat pertama melihat dari tampilan suratnya. Sorry ya Cill lo tuh gak ngehargai gue banget. Bagaimana bisa surat
cantik yang susah payah gue bikin special
buat lo, dibuat hingga semirip mungkin seperti surat cintanya Gilang waktu
dikasihkan ke Putri di sinetron remaja “Cinta SMU” itu, but you respond with selembar buku Sidu dengan amplop uang yang
biasa dipake ngisi duit buat menghadiri acara kondangan. Tega kamu Cill!
(ekspresi nangis).
I started
to get ready to read a love letter from dear Cilla. Oh my… kata
demi kata, kalimat demi kalimat isinya penolakan. Kalimat yang paling gue inget
adalah “Maaf kita masih kecil belum boleh pacaran.” Hey anak pertama dari Bapak
Mandor tersebut menolak cinta gue. Hey! I did not misread nih! padahal gue
cowok terkece di SDN 2 Kedungwungu loh. Sesosok mahluk ciptaan Tuhan yang
ditakdirkan tampan rupawan, elegan, berwibawa dan kharismatik oleh Nya.
Okay gue ditolak. Now how do I have to still look cool in the
eyes of my friends. I pretended to cry in class because his love is rejected.
Tarik nafas gue berusaha konsentrasi untuk mulai ber-acting nangis. Mulai membanyangkan hal yang buruk menimpa keluarga
gue. Konsentrasi. Nangis. Nangis. Nangis. Hey
Nauval! what's wrong with you. Come on start crying. Waduh mampus gue
air mata gak bisa keluar. Tidak semulus perkiraan gue, padahal kalo latihan acting nangis beberapa hari yang lalu di
kamar mandi selalu berhasil loh. But why
this cannot cry. Memang bener kalo gue gak punya bakat apapun, nyanyi, acting, semuanya gak bisa. Yah beginilah
saya apa adanya artis kelas yang hanya modal ketampanan dan ke-sexy-an tubuh saya saja.
Mampus gue. I began awkwardly nih. Ya Tuhan apa yang harus hamba lakukan,
hambaMu yang kece ini gak bisa acting
nangis ya Allah. Hamba mohon ya Allah waktu didunia ini mohon Kau hentikan 5
menit saja, biar hamba bisa lari ke rumah mengambil Insto lalu meneteskan
dibawah mata hamba biar hamba jadi kelihatan nangis. Amien.
Aduh gimana nih gue mulai mati
gaya. Bayangin deh kalo lo ada diposisi gue, ribuan pasang mata memandangi lo
yang gagal ber-acting menangis biar
kelihatan relationship seriously terus
apa yang lo lakukan. Gak mungkin dong gue permisi kebelakang terus membasahi
kantung mata dengan air liur. Apa ya, apa gue pura-pura mati aja kali ya. AHA
ide bagus tuh, gue pura-pura tidur tersungkur dibangku aja. Wah successful! turns out my friends follow my
grief dissolved in acting. I began to turn my brain what to do after this. Apakah
gue harus duduk di pojokan kelas sambil melingkarkan tangan kelutut, bergaya
sok Emo dengan coretan tattoos polpen
di tangan bertuliskan “Im Emo boy alone”
hah ngapain najis tau.
Untuk menambah kesan dramatic, in the position of my solitude,
gue mulai merobek kertas Sidu penolakan cinta dari Cilla tadi. Lalu melemparkan
ke atas, secara perlahan sobekan kertas menghujani gue. Namun sayang tidak lama
Pak Pur wali kelas gue datang mengajar. Waduh gimana nih padahal nuansa begitu dramatic. Mana sampah kertas berhamburan
di bawah bangku gue lagi. Yaudah deh karena takut dimarahi gue memungut kertas
yang gue sobek tadi, lalu membuangnya ke tempat sampah. Bukannya menahan
kesedihan tapi yang ada malah menahan malu karena kecele.
Actually
I do not feel disappointed because my love denied. But I'm more disappointed
and did not receive it kalau Cilla membalas surat penolakan dengan kemasan
dan tampilan yang murahan. Masak surat gue udah sangat menarik, persis surat
cinta yang ada di sinetron-sinetron remaja itu dibalas dengan golden letters yang bergoreskan
tinta-tinta emas dan beraromakan parfum khas Swiss, alias selembar kertas Sidu
dengan amplop salam tempel. Mungkin pribahasa “Air susu dibalas dengan air
tuba” it is more suitable illustrates
retaliation Cilla to me.
You know namanya
anak kecil walaupun cintanya ditolak mungkin 10 menit kemudian sudah kembali move on lagi. Seperti biasa waktu istirahat Nauval kecil yang kece
kembali bermain lagi dengan ceria bersama teman-temannya. Pulang sekolahpun Nauval kecil masih juga
bermain seperti biasa seperti tidak ada apa-apa. Petak umpet yang menjadi
permainan kewajibanpun tidak absen gue lakukan bersama temen-temen gue di
halaman TK Tunas Mekar padahal kalau flashback
beberapa jam yang lalu gue baru aja diputusin.
***
Waktu berlalu, dan sekarang
Nauval kecil menjelma menjadi pria dewasa yang sok grown-up yang sangat
bertanggung jawab, mapan dan tampan. Ditandai dengan status “Sudah Sunat” di buku
harian gue, I am very confident because
dari temen-temen gue sekelas yang pertama sunat cuma gue aja lainnya nyusul
belakangan. And now I'm sitting on a
bench in 6th grade. Dari sekian lika-liku perjalanan cinta gue ada satu
lagi cewek yang menaksir gue. Yah bisa dikatakan SECRET ADMIRER gitu. Sengaja gue tulis secret admirer menggunakan Font
text bold dan text underline
soalnya untuk menambah ketegasan intonasi bahwa sosok kecil mahluk ciptaan
Tuhan bernama Nauval Afnan yang ditakdirkan tampan rupawan, elegan, berwibawa
dan kharismatik oleh Nya sudah mempunyai SECRET
ADMIRER sejak kelas 6 SD. Bayangkan kelas 6 SD pemirsa!.
Namanya Yeni dia siswa kelas 6 di
SDN 4 Kedungwungu. Entah darimana dia ngerti gue, mulai dari gue sekolah
dimana, mengaji dimana, anak siapa. It's
obvious she's like spying on me wherever I was. Dan anehnya gue gak tau
siapa itu Yeni.
Surat Yeni dititipkan temannya
yang bernama Yeni juga, kebetulan dia teman mengaji gue. Suratnya lebih parah
dari Cilla mana tulisannya seperti aksara Thailand gitu. Dari gaya tulisannya
gue bisa menebak pasti dia menulis memakai pensil HB bergariskan warna merah
dan hitam dilengkapi bonus penghapus keras berwarna pink segede upil di
pucuknya.
Gila, mana bisa gue membaca
tulisan ini, sepertinya gue harus menghubungi tim Arkeolog untuk meneliti
prasasti ini yang penuh dengan noda nenghapus warna pink hingga kertas
mengelupas hampir bolong dan berhiaskan coretan dimana-mana. Gue hanya
manggut-manggut aja sok tau.
Kejamnya gue surat cinta dari
Yeni enggak gue bales sampai sekitar satu bulan. Niatnya gue tuh bukan
mengantungkan dia, tapi emang gue lupa bales aja. Hingga pada akhirnya gue
menyiapkan surat balasan untuk secret
admirer gue. Pasti pembaca yang kece sudah tahu apa yang akan terjadi. Yup, tolak. Tapi walaupun gue memberi
surat penolakan, tetap saja gue menghargai secret
admirer gue dengan surat yang sopan, memakai kertas binder yang cantik
bertuliskan “Oh Mama Oh Papa” di sisi kanan bawahnya.
Kalimat-kalimat penolakan gue
tulis di kertas binder dengan tinta pink penuh bling bling. Sentences written denial, I completely
forgot. I remember only ada tanda hati retak disana, by the way itu gue dapet inspirasi dari acara “Katakan Cinta”
setiap Sabtu sore di RCTI kala itu.
Surat pembalasan yang gue tulis
khusus buat secret admirer gue, gue
sampaikan kepada Nike teman mengaji gue di Mushola Al Fitrah. Nike teman dari
Yeni, dia juga sesosok wanita perkasa pemegang juara adu panco di Mushola Al
Fitrah walaupun dengan pria sekalipun, dengan otot lengannya yang kekar
melebihi otot Agnes Monica.
Setelah berjalannya waktu
akhirnya Tuhan mempertemukan gue, Yeni dan Cilla sekaligus dalam satu kelas,
tepatnya kelas bimbingan UAN kelas 6 di SDnya Cilla. Jujur sih cantik Cilla
jauh dibandingkan Yeni. Untung gue tolak cintanya Yeni, coba kalau gue terima
paling temen-temen gue memberi bangku spesial buat gue dan Yeni seperti
penganten baru gitu. Wah bisa-bisa paras gue yang tampan sengaja enggak gue
bawa bimbingan karena malu setengah mati.
Walaupun gue, Cilla dan Yeni satu
kelas bimbingan, rasanya numb, hackneyed,
biasa banget gitu. Gak tau juga sih kalau mereka. Coba kalau ada Nonik lengkap
sudah. hey by the way apa kabar si
Nonik ya, apakah dia sudah punya pengganti yang lebih dari gue. Apakah Tuhan
sudah memberinya jodoh sesosok lelaki yang bisa menjadi pemimpin dan pelindung
yang lebih bijaksana dan arif, lebih dari saya?.
EPILOG
NONIK: Adalah nama asli, berdomisili di Situbondo. Pernah satu
TK bersama saya dan pernah menjadi teman sepermainan.
CILLA: Adalah nama samaran, berdonisili di desa sebelah.
Pernah satu TK bersama saya di TK Tunas Mekar, duduknya persis dibelakang saya.
YENI: Adalah nama asli, sekolah di SDN 4 Kedungwungu.
TO BE
CONTINUED
COMING
SOON NEXT MONTH
“ALL
ABOUT CILLA”