12 Mei 2012
Surat untuk Ayah
Mungkin kalau kembali lagi ke tahun 2006 saat aku masih duduk di
kelas 2 SMP, aku sangat ingin peluk Ayah, karna Ayah yang telah menjadikanku
sebagai karakter yang kuat dan percaya diri.
Masih ingat saat Ayah mengajariku menyetir mobil?
Ayah melarangku mengendarai di lapangan yang terbuka dengan alasan
yang lumayan masuk akal but a little crazy, yaitu biar tidak ada ketakutan dan
melatih spontanitas. Honestly I’m so scared apalagi waktu kelas dua SMP kakiku
belum sepenuhnya menginjak kopling ditambah lagi dengan jarak pandang jalan
sampai-sampai di bantu dengan timbunan beberapa tumpuk bantal untuk meninggikan
badanku supaya jalan tampak terlihat semua.
So be careful mobil tua sedan Peugeot 505 milik Ayah aku kendarai
sangat pelan. Hingga tiba saatnya rintangan menghadang pengendara sepeda ontel
tua semakin kudekati, setir kubelokkan ke kanan melaju dan akhirnya
rintangan pertama selesai. Betapa gembiranya aku. “Tantangane urung mari.” kata
Ayah sambil menghisap rokok Wismilak Diplomat. Tiba-tiba jalan di depan
berlubang…
Of all the challenges that can be passed on and remove fear,
finally my father encouraged me, kalau aku memang benar-benar bisa menghadapi
semua rintangan. Hingga suatu saat ayah mengizinkan aku menyetir mobil sendiri
waktu berangkat sekolah. Mulai saat itu rasa percaya diriku tumbuh dan
menjadikan aku sebagai pribadi yang tangguh.
Dari hal sepele ayah telah mengubah hidupku lebih tangguh mampu
menghadapi segala rintangan yang ada. Ayah adalah guru mengemudi yang hebat
yang ingin aku peluk seperti semut selalu memeluk gula yang manis. Sama seperti
sikap ayah kepadaku. Manis…
Thank you so much Dad…
Dari Nauval Afnan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar